Anggota DPRD Bantu Wujudkan Anak Asuh Tukang Becak Bersekolah

Anggota DPRD Bantu Wujudkan Anak Asuh Tukang Becak Bersekolah

Imam Syafi'i bersama jajaran Dispendik Surabaya mengantar Hafiz bersekolah. Surabaya, memorandum.co.id - Rona bahagia terpancar dari wajah Hafiz. Akhirnya, anak berusia 8 tahun ini dapat bersekolah layaknya teman sebaya. Mulai Rabu (27/7), Hafiz resmi mengenyam pendidikan di bangku SDN Gundih Surabaya. Hafiz merupakan anak asuh seorang tukang becak. Dia dirawat oleh pasangan Hasan Basri dan Saidah Juwita sejak usia 4 tahun di bilangan Dupak Timur, Bubutan. Orang tua Hafiz tak diketahui keberadaannya. Karena itu, Hafiz nyaris tak dapat bersekolah. Dia terkendala adminstrasi. Tak memiliki akta kelahiran dan nomor induk kependudukan (NIK). Namun, doa panjang orang tua asuh yang ingin melihat Hafiz bersekolah diijabah. Keluarga Hasan ditolong oleh anggota Komisi A DPRD Surabaya Imam Syafi'i untuk mengurus adminduk ke Dispendukcapil Surabaya. "Alhamdulillah, akta kelahiran dan NIK-nya sudah selesai. Hafiz satu KK dengan keluarga Pak Hasan. Kini, Hafiz dapat bersekolah dan melanjutkan cita-citanya," kata Imam Syafi'i saat mengantar Hafiz bersekolah ke SDN Gundih, Rabu (27/7/2022). Politisi NasDem ini bercerita, setelah Hafiz mengantongi akte kelahiran dan NIK, dia langsung berkoordinasi dengan sekolah terdekat dan Dispendik Surabaya untuk menunjang pendidikan. "Akhirnya, dik Hafiz dapat bersekolah di SDN Gundih. Meski agak telat, karena tahun ajaran baru sudah dimulai lebih dari seminggu," ujar Imam. Dia menyebut, hal ini sebagai kado indah dalam momentum peringatan Hari Anak Nasional. Sejak awal, Imam memiliki prinsip bahwa semua anak harus bisa bersekolah walaupun tidak punya biaya dan kelengkapan dokumen adminduk. Menurutnya, pendidikan merupakan pemutus mata rantai kemiskinan. "Saya yakin, setiap anak di Indonesia itu punya cita-cita. Saya juga yakin, mata rantai kemiskinan hanya bisa diputus melalui pendidikan," katanya. Imam sering mendapati anak-anak yang tak bersekolah, namun memiliki keinginan bersekolah yang sangat tinggi. Untuk itu, dia mengajak Pemkot Surabaya bekerja sama melakukan outreach terhadap anak-anak Surabaya agar dapat bersekolah dan mengejar cita-cita. "Maka dari itu, jika kita menemukan anak yang tidak bisa bersekolah, ayo kita bantu carikan cara agar mereka dapat mengejar mimpi," ucap mantan jurnalis senior ini. Sementara itu, Sekretaris Dispendik Surabaya Ida Widayati mengapresiasi upaya Imam Syafi'i yang telah mendampingi Hafiz untuk memperoleh hak pendidikan. Dispendik lantas bertekad dan mengajak berbagai pihak untuk saling sinergi menemukan anak-anak yang masih belum bersekolah. Sebab, pihaknya tak bisa sendiri dalam mengetahui tiap kondisi anak yang ada di Surabaya. "Hal ini selaras dengan komitmen Pak Wali Kota Eri Cahyadi untuk memintarkan anak-anak di Surabaya. TIdak boleh ada anak di Surabaya tidak bersekolah. Pesan Pak Wali, semua anak Surabaya harus bersekolah. Karena itu, kita berterima kasih kepada Pak Imam Syafi'i yang menemukan masih ada anak yang tak bisa sekolah karena kemiskinannya atau tidak punya dokumen adminduk," urai Ida. Sedangkan Hasan Basri (59), mengaku bersyukur telah dibantu oleh Imam Syafi'i, jajaran Dispendik Surabaya, dan SDN Gundih dalam pemenuhan pendidikan putra asuhnya, Hafiz. "Kalau saja tidak ada yang membantu, kemungkinan besar Hafiz tak melanjutkan pendidikannya. Selama ini kita berdoa, agar anak kita, Hafiz, dapat bersekolah. Alhamdulillah terwujud," tutur Hasan, yang sehari-hari bekerja sebagai tukang becak dengan penghasilan tak menentu. Begitu pun yang dirasakan oleh Saidah. Dia merasa terharu melihat Hafiz berseragam merah putih. Perempuan kelahiran 1966 ini bertekad untuk terus mendukung anaknya itu agar bisa mewujudkan mimpi. "Semoga diberikan kelancaran selama bersekolah. Semoga dengan bersekolah ini bisa menjadi jalan Hafiz untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang polisi," tandas Saidah. (bin)

Sumber: