Mahasiswa Psikologi Untag Surabaya Gelar Fun Games Bersama Siswa SDN Sutorejo I

Mahasiswa Psikologi Untag Surabaya Gelar Fun Games Bersama Siswa SDN Sutorejo I

Surabaya, memorandum.co.id - Sejumlah mahasiswa Program Studi (Prodi) Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya menggelar fun games bersama siswa kelas 4 regular dan inklusif SDN Sutorejo 1/240 Surabaya. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Mahasiswa melakukan kegiatan KKN selama kurang lebih 3 bulan. Hal ini juga sebagai bentuk kegiatan pembelajaran (BKP) Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Asistensi Mengajar di Sekolah. Dalam program MBKM ini, para mahasiswa mendapatkan hak belajar di luar kampus sesuai dengan proram yang diminati. Dalam aktivitasnya, mahasiswa diberikan kesempatan untuk belajar di luar kampus. Salah satu bentuk kegiatan pembelajaran MBKM ialah Mengajar di Sekolah. Adapun sekolah yang dituju merupakan yang menjadi mitra dari Prodi S1 Psikologi Untag Surabaya Oktavia Dwi Prilianti, salah satu mahasiswa Psikologi Untag Surabaya yang terlibat mengatakan, salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan yakni, Fun Games bersama siswa kelas regular dan inklusif kelas 4 di SDN Sutorejo 1/240 Surabaya. Kegiatan yang dilakukan ini juga akan dikonversikan kedalam mata kuliah KKN sebagai bentuk kegiatan pengabdian. Oktavia Dwi Prilianti merupakan salah satu mahasiswi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya prodi Psikologi yang terlibat dalam program tersebut. "Kegiatan Fun Games bersama siswa kelas regular dan inklusif dapat dilakukan dengan lancar dan sukses tidak terlepas dari bimbingan yang telah diberikan oleh dosen," kata Oktavia, Senin (4/7/2022). Oktavia menjelaskan, kegiatan tersebut berada di bawah bimbingan dosen lapangan Isrida Yul Arifiana MPsi Psikolog dan Dr Suroso Ms Psikolog. "Kegiatan tersebut sangat menarik, karena dilakukan selama 2 hari bersama para siswa yang sebelumnya tidak pernah melakukan interaksi sosial meskipun dalam tingkatan kelas yang sama yaitu kelas 4," urai Oktavia. Berdasarkan hasil yang dilakukan para mahasiswa, salah satu faktor yang membuat para siswa tidak melakukan interaksi sosial disebabkan para siswa melakukan pembelajaran di kelas yang berbeda. Sedangkan anak kelas inklusif menarik diri dari lingkungan pertemanan yang lebih luas dan memilih untuk bermain dengan sesama anak kelas inklusif saja. "Para siswa inklusif hanya melakukan kegiatan di dalam kelas inklusif dan melakukan kegiatan pembelajaran yang monoton," papar dia. Kegiatan Fun Games sendiri merupakan kegiatan outdoor yang dilakukan dengan tujuan membangun kedekatan agar siswa kelas regular dan kelas inklusif dapat bersosialisasi. Selain itu, kegiatan Fun Games juga membutuhkan kerja sama kelompok yang kompak agar dapat menang dalam setiap permainan. Terdapat 7 permainan yang dilakukan selama dua hari oleh para siswa, di antaranya permainan paralon goyang, estafet sarung, train ballon, tower building cup, lempar bola tangan, estafet kelereng, tebak gaaya. "Ketujuh permainan tersebut dilakukan secara seru dengan banyak lika-liku yang dihadapi," kata Oktavia. Dengan adanya kegiatan Fun Games ini, jelas Oktavia, banyak terjadi interaksi sosial yang positif antara anak kelas regular dan inklusif. Anak kelas regular banyak membantu anak kelas inklusif ketika permainan berlangsung. Semula yang mereka tidak pernah bertegur sapa, apalagi melakukan kegiatan bersama, kini mereka dipertemukan dalam suatu kegiatan yang mengutamakan komunikasi dan kerja sama kelompok. 3 bulan bukanlah waktu yang sebentar bagi para mahasiwa. Mereka banyak merasakan momentum berharga yang tak terlupakan ketika melakukan KKN selama 3 bulan di SDN Sutorejo 1/240 Surabaya. "Terima kasih untuk adek-adek SDN Sutorejo 1/240 Surabaya telah menyambut kegiatan KKN dengan senang hati dan hangat," ucap Oktavia. Sementara itu, Silvia salah satu siswa kelas 4 regular SDN Sutorejo 1/240 mengaku senang dengan kehadiran para mahasiswa Psikologi Untag Surabaya. “Kakak-kakak Untag terima kasih telah mengajak kami bermain games. Kami sangat senang karena selama 2 hari tidak belajar dikelas saja,” tutur Silvia. (bin)

Sumber: