Warga Kalianak Keluhkan Banjir Rob

Warga Kalianak Keluhkan Banjir Rob

Surabaya memorandum.co.id -  Warga Kalianak mengeluh karena selama puluhan tahun banjir rob merendam rumahnya. Tercatat ada sembilan  RT dan dua  RW yang selalu terdampak kejadian tersebut. Diketahui banjir tersebut terjadi sekitar satu bulan dua kali. “Mulai saya kecil sudah banjir terus dan sekarang umur saya sudah 52 tahun. Di RW 08 itu agak mendingan. Karena mereka ada seperti bendungan jadi tidak terlalu tinggi banjirnya ,” ujar Budi,  Ketua RT 02 RW 07 Kalianak, Kamis (19/5/2022). Kata Budi, untuk menimalisir terjadinya banjir, ia bersama warga dan juga berkoordinasi dengan dinas terkait untuk melebarkan gorong-gorong yang ada di sekitar rumah warga. Namun itu  sampai sekarang tidak menjadikan solusi yang diinginkan warga sekitar. ”Sekitar dua tahun silam, bu Wiwit Lurah Krembangan pernah memberikan solusi untuk Jalan Kalianak dipasangkan box culvert disaluran air depan. Tetapi sampai sekarang tidak ada tindakan karena jalan tersebut milik Provinsi,” ungkapnya. Budi sedikit bercerita tentang sejarah Kalianak. Dahulu ada sungai dan juga tambak di belakang Jalan Kalianak Timur Gang Belakang. Namun sekarang sudah dibangun menjadi rumah dan juga pabrik. Ketika banjir surut rumah warga yang bocor ditambal menggunakan tanbah dari tambak, namun sekarang tambak itu tidak ada jadi mereka menggunakan lilin mainan (malam) pun juga mereka menggeluh karena harganya yang mahal. “Dulu ada tambak dan sungai besar kita lempar batu saja tidak sampai, tetapi sekarang sungainya menjadi sekitar semester. Karena sisanya sudah dibangun rumah dan pabrik pun juga jalannya dipaving. Jadi yang terkena dampaknya ya kami ini,” ungkapnya. Ketika banjir datang, kata Budi, motor para warganya diparkir di SD Karya Putra karena wilayah tersebut yang tidak terdampak. “ Saya koordinasi dengan kepala sekolah. Jika banjir datang, motor warga saya diparkir di sini. Kalau banjirnya sudah surut ya kami ambil lagi motornya,” ujarnya. Sedangka Ikhwanto, warga RT 03 Kalianak mengatakan,  ketika banjir terjadi pada malam hari, mereka harus bangun karena kasur basah. “Kalau banjirnya siang, kita enak bisa antisipasi. Apa yang perlu diselamatkan kita pindahkan. Kalau banjir sekira jam 02.00 malam kita enak-enak tidut dibangunkan sama banjir karena kasur kita basah, banjirnya itu tingginya sampai perut saya,” ungkapnya. Kustiawan juga warga RT 03 mengatakan, ketika banjir surut ia harus mengepel rumahnya karena air banjir tersebut kotor dan dia harus melakukan aktivitas tersebut sekitar kurang lebih 15 tahun. “Rumah saya itu sudah paling tinggi dari warga yang lain tetapi masih terdampak juga,” katanya. Para warga berharap kepada pihak-pihak terkait memberikan solusi agar kejadian seperti itu tidak terjadi lagi karena mereka sulit melakukan aktivitas, “Ya harapan kami agar pihak-pihak terkait dapat membantu kami agar kejadian banjir seperti itu tidak terulang kembali karena kami kesulitan untuk aktifitas apalagi kadang kalau habis banjir gitu arus listrik mati semua,” tandasnya. (x2)

Sumber: