Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya – Siasat Ken Arok (5)

Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya – Siasat Ken Arok (5)

Ken Arok lurus memandang Toh Kuning yang saat itu menunjukkan ketegasan sebagai orang yang berbeda dengan Toh Kuning di masa silam. Ken Arok mencubit bibirnya lalu berkata, ”Seharusnya kau tahu apabila Kediri telah mengambil paksa tenaga banyak orang untuk melakukan pekerjaan yang bermanfaat kecil.” “Lalu kau menempatkan Kediri sebagai orang kaya dan orang banyak itu sebagai kaum papa?” lirih Toh Kuning bertanya. Ken Arok tersenyum tipis dan ia manggut-manggut. Toh Kuning sekilas memandangnya lalu ia menarik napas panjang. Kemudian kata Toh Kuning, ”Aku telah melihat itu dalam satu hari ini ketika meronda bersama prajurit Tumapel.” “Keadaan sekarang sangat berat untuk dilewati oleh banyak orang,” kata Ken Arok. “Tetapi keadaan itu tidak dapat kau jadikan alasan untuk membenarkan perbuatanmu.” “Aku tahu itu. Lalu apakah kau mempunyai jalan keluarnya? Lihatlah dirimu sekarang, kau adalah perwira prajurit Kediri.” “Dan kau tidak bergerak maju.” “Selain kekuatan dan kemampuanku untuk berpikir panjang, sumber daya apa yang dapat aku pergunakan untuk memperbaiki keadaan?” “Kau dapat katakan gagasanmu pada Akuwu.” “Aku yakin kau pasti akan berpikir berulang kali apabila mempunyai gagasan yang cemerlang jika kau mengenalnya.” “Aku tidak merasa ada suatu masalah dalam dirinya.” “Itulah masalah terbesar bagi orang-orang Tumapel,” sahut Ken Arok kemudian bergeser dan duduk pada bangku kecil. Toh Kuning memandang heran kepadanya. Ia bergumam, ”Bagaimana mungkin? Ia memberiku kuasa untuk menggerakkan prajurit bila dirasa perlu.” “Tentu saja ia akan melakukan itu untuk menutupi kelemahannya.” Ken Arok berkata dengan nada tajam. “Aku tidak mengerti,” sahut Toh Kuning. “Akuwu Tunggul Ametung adalah orang yang tidak merasa ada masalah dalam dirinya. Lalu keadaan jiwanya yang seperti itu menjadikan kami semua selalu gagal mendekatinya,” Ken Arok bertutur, ”kemudian aku bertemu dengan Ki Arumpaka dan kami berdua bicara banyak mengenai masa depan Tumapel.” Toh mendengar penuturan Ken Arok sambil memainkan jari-jari tangannya yang kokoh. Lalu ia menyahut, ”Lalu timbul rencana pada kalian berdua untuk menggantikan Tunggul Ametung?” “Pada mulanya memang seperti itu,” jawab Ken Arok lalu, ”kemudian aku menduga akan ada kegagalan besar sebelum gerakan ini dimulai. Ki Arumpaka menginginkan dirinya sendiri sebagai penguasa Tumapel. Ia merencanakan untuk mengangkat senjata secara terbuka lalu aku menentang keras rencananya.” Toh Kuning yang mendengarnya sambil manggut-manggut kemudian menyela, ”Dan kau dorong dia untuk menyergap para prajurit Kediri yang meronda di Bukit Katu?” Ken Arok melirik Toh Kuning dan membuat pengakuan dalam hatinya bahwa Toh Kuning benar-benar mumpuni dalam membuat dugaan tepat dengan bahan yang terbatas. Lantas ia mengangguk-anggukkan kepala dan berkata, ”Aku mendorongnya setelah aku mempelajari dengan rinci kebiasaan prajurit Kediri saat melewati Bukit Katu. Aku harus melakukan itu sebelum Arumpaka memaksa diri menumbangkan Tunggul Ametung di tengah kota.” “Kau menempatkan dirimu dalam kumpulan orang paling diburu oleh Mahesa Wunelang,” kata Toh Kuning menanggapi penuturan Ken Arok. “Ya. Benar. Aku sudah mengetahui kebiasaan Mahesa Wunelang, maka dari itu aku telah meminta Ki Arumpaka untuk berhenti mengganggu prajurit Kediri. Semakin banyak perbuatan yang sama terulang, Mahesa Wunelang akan semakin mudah melacak jejak kelompok Ki Arumpaka,” Ken Arok bertutur dengan wajah sungguh-sungguh. “Toh Kuning,” kata Ken Arok kemudian,”sebenarnya aku ingin mengajakmu turut serta dalam rencana ini. Aku akan menjadikanmu sebagai puncak dari candi keprajuritan Tumapel.”(bersambung)      

Sumber: