Jangan Jemawa Garuda, Kita Belum Juara
Catatan: Eko Yudiono Wartawan Memorandum Luar biasa. Adaalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan permainan Indonesia ketika menumbangkan Malaysia 4-1 di babak penyisihan terakhir grup B AFF Cup 2020. Bermaterikan banyak pemain muda, pelatih Shin Tae-yong mampu menjawab keraguan pendukung skuad Merah-Putih. Pemain muda yang bertenaga menjadi nilai plus ketika bertemu Harimau Malaysia. Daya ledak dan semangat tinggi membuat Malaysia kocar-kacir. Hasilnya selama 90 menit plus, Malaysia dibuat kewalahan, ngos-ngosan meski Indonesia tertinggal lebih dulu. Bukti jika pemain muda jika dipoles oleh tangan yang tepat akan menjadi sumber kekuatan dahsyat. Shin Tae-yong membuktikannya malam itu. Pelatih asal Korsel itu juga sudah menunjukkan chemestry. Dia terlihat marah-marah ketika pemainnya dikasari namun wasit membiarkannya. Pemandangan yang tidak biasa. Pelatih 52 tahun ini dikenal kalem dan tidak banyak ekspresi baik ketika timnya menang atau kalah. Tapi, Minggu (19/12/2021) malam, ‘emosi’ Shin meledak. Ini menjadi bukti lagi bahwa dia sangat care dengan keselamatan pemainya. Nah, Indonesia sudah masuk ke babak semifinal. Perjalanan di babak penyisihan tentunya menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan terkait skema main staf pelatih di laga selanjutnya. Melawan Singapura, semifinal akan dilangsungkan dalam dua leg. Leg pertama akan digelar Rabu (22/12/2021) sedangkan leg kedua Sabtu (25/12/2021). Jangan memikirkan final dulu karena ada dua pertandingan yang harus dimenangkan. Di atas kertas, Indonesia memang unggul dalam head to head dengan Singapura. Skuad Garuda menang 30, imbang 18 dan kalah 11 kali. Tapi itu bukan jaminan untuk dengan mudah mengalahkan Singapura. Apalagi, saat ini Singapura menjadi tuan rumah. Keunggulan tuan rumah menjadi poin plus tersendiri. Ingat juga, di 5 pertemuan terakhir, Indonesia justru kalah dari Singapura. Lalu seberapa penting rekor pertemuan? Aji Santoso pelatih Persebaya paling tidak percaya dengan statistik. Karena menurutnya, statistik dan rekor pertemuan tidak berkorelasi dengan keadaan tim saat ini. “Pemain, waktu dan pelatih jelas berbeda. Jadi saya pelatih yang memang tidak percaya dengan statistik dan rekor pertemuan,” ungkap Aji. Apa yang dikatakan Aji bisa menjadi gambaran bahwa, terkadang rekor pertemuan dan statistik tidak akan berpengaruh dengan hasil pertandingan di lapangan. Sebab, pemain, pelatih dan waktu pertandingan tidak sama. Hal terbaik yang bisa dilakukan oleh pemain-pemain Timnas adalah tetap fokus dan konsentrasi. Juga kerja keras, bermental baja dan pantang menyerah. Kelebihan tenaga dan semangat pemain muda harus di-eksplore secara maksimal. Saatnya melupakan pertandingan terakhir. Pertandingan itu sudah menjadi masa lalu. Terpenting lagi jangan jemawa. Masih banyak pertandingan yang harus dimenangkan sebelum mengangkat piala. Ayo Garuda, Kita belum juara. (*)
Sumber: