Pemkot Abaikan Bau Sampah TPA Benowo
SURABAYA - Pemkot Surabaya dinilai tidak peka terhadap permasalahan yang muncul akibat bau busuk sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Benowo. Sebab, pemkot tidak pernah merespons keluhan warga Jawar, Kelurahan Sumberrejo, Kecamatan Pakal. Ketika Memorandum berusaha masuk ke lokasi PT Sumber Organik (SO) TPA Benowo, Selasa (17/8) untuk konfirmasi seputar keluhan warga, justru dilarang masuk oleh sejumlah petugas pengamanan yang berjaga di pos masuk Jalan Jawar. "Maaf mas, mau meliput di sini harus sesuai prosedur. Jadi, kalau mau bertemu dengan pihak PT SO harus ada surat izin dan rekom resmi dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Atau, harus ada janji sama orang dalam dulu,”ujar salah seorang petugas keamanan. Kabid Sarana dan Prasarana Dinas Kebersihan dan Tata Ruang (DKRTH) Kota Surabaya Imam Rachmadi ketika dikonfirmasi soal larangan masuk ke lokasi mengatakan, untuk mengunjungi atau liputan di TPA Benowo harus menunjukkan surat pengantar dari DKRTH. Sebab, yang mengelola TPA Benowo adalah swasta. "Semua media atau tamu yang mau ke TPA Benowo harus mengurus surat ke dinas kebersihan dan nanti dikoordinasikan dengan PT SO.Setelah itu diberikan surat pengantar ke sana,” jelas dia. Untuk itu, siapa saja yang berkunjung ke sana, harus mengurus surat terlebih dahulu ke dinas kebersihan. “Suratnya nanti menerangkan tujuan dan kapan pelaksanaannya. Cepat kok membuatnya,”ungkap Imam. Sementara warga meminta pemkot melakukan aksi untuk mengurangi bau sampah di TPA Benowo yang dirasakan sejak beberapa tahun. “Pemkot kurang peka terhadap persoalan warga sekitar TPA Benowo sehingga menimbulkan masalah berkepanjangan. Bertahun-tahun bau menyengat sampah Benowo belum bisa diatasi dengan baik,” kata Sulistyo, warga Jawar. Pemkot sebagai pengelola TPA Benowo harus segera mencari solusi terbaik dan mendengar keluhan warga. Apalagi menjelang musim hujan datang, warga sekitar TPA Benowo kian was-was terhadap bau sampah yang menyengat. Bahkan, wabah penyakit mengancam warga setiap saat. "Ketika hujan datang, bau sampah basah di TPA Benowo menyengat. Bahkan, tercium hingga di permukiman warga. Apalagi, ditambah adanya PLTSa di TPA Benowo. Apakah, pemkot menjamin bau menyengat PLTSa tidak berdampak pada kesehatan warga sekitar.Kini warga mulai resah keberadaan PLTSa tersebut," ucap dia. Lurah Sumberejo Iwan Akhmadi menegaskan, selama ini belum ada laporan keluhan warga permukiman sejak dirinya menjabat di kelurahan. “Kondisi perawatan yang dilakukan pemkot terhadap sampah di TPA Benowo sudah bagus, sehingga aroma bau menyengat sudah berkurang disbanding sebelumnya,”ujar Iwan. Lebih jauh, Iwan menambahkan, justru keberadaan PT Sumber Organik di Jalan Jawar menguntungkan warga karena bisa bekerja di PLTSa.“Saat ini banyak warga Sumberrejo yang dipekerjakan di PLTSa oleh PT Sumber Organik. Warga lokal memang diprioritaskan untuk mengurangi dampak pengangguran.Namun, jika ke depan ada laporan dampak dari PLTSa merugikan warga, tentu kami akan menyikapi tegas persoalan tersebut,” pungkas dia. *Kurangi Bau, Semprot Sampah dengan Cairan EM6 Terkait masih terciumnya bau tak sedap dari sampah, Kabid Sarana dan Prasarana Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya Imam Rachmadi mengatakan, telah dilakukan penyemprotan. Setelah kegiatan pembuangan, tumpukan sampah tersebut disemprot cairan kimia EM6. Setelah itu ditutup dengan menggunakan tiga jenis cover, yakni tanah, terpal, dan membran atau plastik hitam tebal. Disinggung upaya tersebut bisa menekan bau tak sedap hingga berapa persen, Imam tidak mengatakan secara detail. Namun yang pasti bau tersebut menjadi berkurang. Penyemprotan EM6 itu dilakukan setiap hari. “Biasanya sore dilakukan terutama lahan yang aktif. Petugas yang menyemprot dari PT Sumber Organik (SO),” cetus dia. Selain itu, tumpukan sampah di TPA Benowo tidak dibiarkan begitu saja. Sampah itu dimanfaatkan menjadi energi terbarukan yang siap digunakan. Caranya dengan mengubah sampah jadi sumber gas metana. “Listrik tenaga gas metana ini sudah diproduksi sejak 2015. Hasilnya 2 megawatt. PLN yang menyalurkan kemana-mana karena sudah membelinya,” ungkap dia seraya menambahkan teknologi yang dipakai dari Finlandia. Masih lanjut dia, sekarang juga dibangun lagi pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) dengan kapasitas lebih besar yaitu 9 megawatt. Listrik yang nanti dihasilkan juga akan dijual ke PLN. Ini sesuai aturan yang berlaku yaitu Perpres 35 tahun 2018. “Pembangunan PLTSa yang kedua ini sudah mencapai 85 persen. Diperkirakan Desember tuntas,” tegas dia. Disinggung pembangunan PLTSa yang sekarang berlangsung ini apakah memakai APBD Kota Surabaya? Imam mengatakan sama sekali tidak memakai APBD. Sebab, semuanya dibiayai oleh PT SO itu sendiri. (why/be/udi/lis)
Sumber: