Kebahagiaan untuk Istri (2)

Kebahagiaan untuk Istri (2)

Chat dengan Mantan

Kata Tomi, Seli masih sangat muda. Tidak mungkin dibiarkan berkembang tanpa sentuhan lawan jenis. Kasihan. Masa depannya masih amat panjang. Seli sebenarnya sudah mengaku tidak mengharapkan apa-apa dari Tomi. Apa pun. Itu ditegaskan perempuan tersebut begitu mendengar Tomi menderita kelumpuhan total dan tidak mungkin menjalankan tugasnya memberi nafkah batin. “Seli hanya minta kasih sayang. Soal itu katanya urusan nomer seratus,” ujar Tomi. Semula Tomi merasa bahagia mendengar kepasrahan istrinya yang mantan model itu. Kesetiaan  Seli patut diacungi jempol. Tiga jempol. “Dia benar-benar mampu menahan gejolak jiwanya yang masih muda,” puji Tomi. Hari berganti hari. Minggu berganti minggu. Seli yang awalnya terpuaskan dengan permainan “main-main” Tomi lambat laun menampakkan kejenuhan. Tomi menyadari itu. Bagaimanapun perempuan tidak bisa lepas dari kebutuhan yang itu. Apalagi Seli masih sangat muda. Ibarat tanaman, Seli butuh disirami secara teratur dengan cara yang benar. Diakui Tomi dia sering menangis melihat Seli yang “terpaksa” harus terpuaskan dengan permainan yang hanya “main-main”. Dan kata hati Tomi, ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus. Suatu saat Tomi merasa bagai dibanting di area pertarungan octagon melihat Seli berusaha mendiamkan balita yang menangis histeris di gendongan teman kuliah. Pemandangan yang mengharu biru, karena Tomi selamanya tak akan bisa memberi momongan seperti itu. Kasihan benar Seli. “Aku benar-benar merasa sangat bersalah,” kata Tomi. Dan, rasa bersalah itu semakin bertumpuk setiap melihat Seli menampakkan wajah berbinar ketika bersentuhan dengan anak kecil. Juga, saat Seli mengelus-elus perut temannya yang sedang hamil. Hampir pada setiap kesempatan Tomi mencoba memberi kesempatan kepada Seli untuk meninggalkanya dan mencari pengganti lelaki yang sempurna. “Itu berkali-kali aku ucapkan kepadanya,” tandas Tomi. Tapi bukannya menjauh, Seli makin menampakkan kemanjaan di depan Tomi. Hingga suatu saat Tomi tidak sengaja membaca pesan WA di telepon sang istri. Dari seorang teman. Lelaki. Namanya sebut saja Eko. Dari chat WA Seli vs Eko tersebut. Tomi menangkap persepsi bahwa Eko adalah teman SMP dan SMA. Mereka sempat pacaran, namun terputus lantaran selulus SMA mereka terpaksa berpisah. Eko melanjutkan kuliah di IPB Bogor, sedangkan Seli melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi swasta di Surabaya. Mantan Seli itu seorang duda. Istrinya meninggal karena kecelakaan sepulang dari kerja. “Dia dosen di perguruan negeri di Jabar, punya satu anak yang masih balita.,” kata Tomi, yang menambahkan bahwa lelaki itu ganteng dan sangat gagah. Ini terlihat dari profil Eko di WA, berdua dengan sang anak. (jos, bersambung)    

Sumber: