Dengan Irigasi Tetes, ATP UB Jatikerto Ciptakan Keseragaman Melon

Dengan Irigasi Tetes, ATP UB Jatikerto Ciptakan Keseragaman Melon

Malang, memorandum.co.id - Agro Techno Park (ATP) Universitas Brawijaya (UB) Malang menciptakan tiga keseragaman dalam budidaya tanaman buah melon di ATP Jatikerto, Kabupaten Malang. Tiga keseragaman itu mulai dari rasa (manisnya), ukuran (besar berat), serta masa panen. Tentu saja, hal itu pada varian tanaman melon yang sama. Mengigat, di Jatikerto, ada beberapa jenis varian. Mulai rock, golden dan honey. Semua didapatkan melalui sistem pertanian yang presisi. Berdasarkan Internet of Thing (IOT), untuk monitoring kondisi dan perkembangan tanaman. "Sistemnya dengan Drip Irrigation System Berbasis IoT. Merupakan satu bentuk pertanian presisi. Menggunakan metode penyiraman bermodelkan sistem tetes (drip). Dikendalikan berdasarkan kadar air dari media tanam," terang inovator sistem Eka Maulana ST MT MEng UB Tech, bersama tim ATP UB ditemui di kebun melon di Agro Techno Park Jatikerto Kabupaten Malang, Kamis (21/10/2021). Ia menambahkan, secara logika, ketika tanah kering, maka sistem drip aktif. Berapa kadar air dalam media, kapan sistem drip aktif. Data dan informasi terkait mekanisme, dikirim melalui koneksi. Secara prinsip, sudah diterapkan air dengan tambahan nutrisi. Sistem tersebut, lanjutnya, tidak hanya bisa digunakan untuk Irigasi. Tapi bisa digunakan untuk deteksi lain termasuk kebutuhan nutrisi, pencahayaan, suhu, serta kelembaban greenhouse kebun melon. "Dalam prosesnya, sistem drip irrigation, bekerja sesuai dengan kebutuhan nutrisi masing-masing tanaman. Jadi bukan sekadar dari seberapa banyak dia mengairi tanaman, tapi disesuaikan dengan usia tanaman. Pengendalian sistem termonitor dari segi waktu dan variabel data yang sudah terekam dengan baik," lanjut Eka. Sementara itu, Manager Pertanian dan Pengembangan ATP Suyadi SP MP mengatakan, pemberian nutrisi melalui air yang dialirkan ke media tanam secara berkala. Diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman. "Dalam sehari, bisa dilakukan 5 sampai 10 kali. Dengan teknologi itu, tidak perlu secara manual memberikan nutrisinya. Bisa ditinggal untuk pekerjaan yang lain. Karena secara otomatis, akan mengaliri nutrisi ke media tanam sesuai dengan kebutuhan tanaman," terang Suyadi Ia mengaku, dengan IoT mempermudah pekerjaan. arena secara otomatis mesin menyala, ketika media tanam membutuhkan nutrisi. Sehingga tidak sampai terjadi kekurangan nutrisi. Karena, jika manual, masih menggunakan insting saja, kapan tanaman membutuhkan nutrisi. Penerapan sistem drip tersebut ternyata memberikan hasil maksimal pada tanaman melon. Hasil buahnya lebih bagus dan ideal. Sebab ketersediaan nutrisinya stabil. Karena, jika tidak stabil perkembangan melon tidak optimal. Bahkan, bisa pecah atau tingkat kemanisan rendah," pungkasnya. Melon yang dibudidayakan dengan drip irrigation menghasilkan berkualitas premium. Mulai dari rasa, net atau kulit berjaring, berat ideal. Jika dibandingkan melon yang konvensional. Pasarnya ekslusif, rasanya berbeda dengan yang ada di pasar konvensiaonal. (edr/fer)

Sumber: