Hari Kesaktian Pancasila, Momentum Penguat Esensi Pendidikan

Hari Kesaktian Pancasila, Momentum Penguat Esensi Pendidikan

Surabaya, memorandum.co.id - Seperti diketahui, Hari Kesaktian Pancasila adalah hari nasional di Indonesia yang diperingati setiap 1 Oktober sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 153/Tahun 1967. Peringatan tersebut disebut Ketua III STAI Taruna Surabaya, Lia Istifhama sebagai bentuk terjaganya ideologi Pancasila dari bahaya laten komunis. Dalam hal ini, pengingat akan kejinya Peristiwa G30S di mana enam jenderal serta beberapa orang lainnya dibantai sekelompok orang yang menurut otoritas militer saat itu Partai Komunis Indonesia. "Gejolak yang timbul akibat G30S sendiri pada akhirnya berhasil diredam dan Pancasila tetap menjadi ideologi bangsa yang terjaga hingga saat ini," kata Lia Istifhama, Jumat (1/10/2021). Bagi Lia Istifhama sendiri, Hari Kesaktian Pancasila adalah momentum penguat esensi pendidikan, terutama character building kepada para siswa-siswi, pelajar penerus bangsa. “Esensi pendidikan selain pendistribusian ilmu atau sharing knowledge, juga sebagai pembentukan karakter generasi penerus bangsa. Dalam hal ini, bagaimana character building terbangun dan dibangun tidak lepas dari Pancasila sebagai way of life (pandangan hidup, red) bangsa ini," kata Ning Lia, sapaan lekatnya. Ning Lia kemudian menjelentrehkan isi dari sila Pancasila, yaitu: yaitu (1) Ketuhanan yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan dan Perwakilan, dan (5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. “Ada aspek sosial dalam sila Pancasila. Ini jangan sampai dikaburkan karena kondisi temporal. Jangan sampai aspek psiko sosial atau yang sifatnya karakter modal sosial, tergerus dan hilang karena observasi yang kurang holistik terhadap situasi saat ini. Sebagai contoh, jangan sampai pandemi menjadikan alasan suburnya sikap individualisme," ujar ibu dua orang anak ini. Dosen yang kerap menulis di media cetak dan online tersebut menegaskan, bila nilai luhur Pancasila harus terinternalisasi secara optimal pada generasi penerus bangsa, terutama yang saat ini duduk di bangku sekolah. "Kita akui, nilai-nilai Pancasila memang dimasukkan di lingkungan sekolah. Sebagai contoh, melalui pelajaran tematik sekolah dasar. Namun, berlangsungnya pembelajaran secara daring yang masih berlangsung bagi siswa SD kelas 1 hingga 5 saat ini, di Surabaya contohnya, tentu harus mendapatkan perhatian lebih. Yaitu dianalisa sejauh mana nilai-nilai Pancasila dipahami oleh anak-anak selama daring," ulasnya. Menurutnya, analisa yang jelas terhadap penanaman nilai Pancasila tersebut sangat penting. Hal ini bukan hanya berkaitan dengan tumbuh kembangnya jiwa nasionalisme para siswa, melainkan agar character building atau bangunan karakter bermoral sosial mereka tetap terbentuk dengan baik sesuai nilai Pancasila. "Setiap sila dalam Pancasila memiliki spirit dan ruh humanisme serta religius yang sangat kuat. Hal ini pondasi yang tidak bisa ditawar bagi mental dan moralnya anak didik," pungkas Ning Lia, aktivis yang sebelumnya mendapat penghargaan sebagai salah satu dari 22 Tokoh Muda Inspiratif Jatim versi Forum Jurnalis Nahdliyyin. (mg3)

Sumber: