Terapkan Prokes saat PSEL Benowo Diresmikan Presiden Jokowi

Terapkan Prokes saat PSEL Benowo Diresmikan Presiden Jokowi

Surabaya, memorandum.co.id - Pengolah Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) di tempat pembuangan akhir (TPA) Benowo akan diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kamis (6/4/2021). Karena itu, mulai hari ini Pemkot Surabaya mematangkan persiapan untuk penyambutan. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya Anna Fajriatin menyatakan, pihaknya telah menyiapkan segala keperluan sebelum hari H peresmian. Persiapan ini tentunya telah disesuaikan dengan protokol kesehatan (prokes). "Pak Presiden juga ingin melihat secara langsung, jadi mulai dari market-nya. Kemudian ada penjelasan singkat terkait pengolahan sampah menjadi listrik ini, mungkin sebelum masuk ke area tenda atau tempat acara," kata Anna, Selasa (4/5/2021). Setelah mendapat penjelasan singkat terkait PSEL Benowo, pihaknya kemudian mengajak Presiden menuju lantai 3 dan lantai 6. Di lantai 3 sendiri, Presiden dapat melihat langsung bagaimana proses mesin bekerja mengolah sampah menjadi listrik. "Jadi proses mesinnya itu bagaimana, berapa jumlah tonase-nya, berapa jumlah listrik yang dihasilkan. Jadi bisa kelihatan di dalam layar," ungkap Anna. Bahkan, kata Anna, di lantai 3 juga dapat melihat langsung suasana di luar area PSEL. Seperti, bagaimana dump truck bekerja mengangkut hingga menurunkan sampah ke waste pit, sebelum dimasukkan ke dalam mesin turbin untuk proses menghasilkan listrik. "Nah, bagaimana caranya kita bisa melihat listrik itu. Jadi memang, di situ kan ada cerobong, kalau cerobongnya sudah berwarna putih itu berarti pembakarannya sempurna, dan itu menggunakan teknologi yang ramah lingkungan," jelas Anna. Ia menjelaskan, bahwa pembangunan PSEL Benowo yang dilakukan pemkot ini, dimulai sejak 2012 dengan menggandeng kerja sama PT Sumber Organik (SO). Di mana saat itu proses mengolah sampah menjadi listrik masih menggunakan metode Landfill Gas Power Plant. "Dengan metode ini, PSEL mampu menghasilkan energi listrik 2 Megawatt dari 600 ton sampah per hari," papar dia. Seiring berjalannya waktu, kemudian di tahun 2015, pemkot yang bekerjasama dengan PT Sumber Organik ini mulai menggunakan metode Gasification Power Plant untuk mengolah sampah menjadi listrik. Target awalnya, di tahun 2020 melalui metode ini sudah dapat mengolah sampah menjadi listrik. Namun, karena adanya pandemi Covid-19, sehingga proses komisioning atau pengujian oleh tim ahli dari luar negeri mundur dilakukan. "Sebetulnya targetnya 2020, tapi karena kondisi Covid-19 sehingga untuk komisioning dengan mendatangkan tim ahli dari luar negeri ke Indonesia jadi mundur. Alhamdulillah tanggal 10 Maret 2021 kemarin sudah proses. Jadi sudah bisa menghasilkan listrik 9 Megawatt dari setiap 1.000 ton sampah per hari," ungkap dia. Ia menyebut, bahwa listrik yang dihasilkan dari pengolahan sampah ini kemudian menjadi kewenangan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sebab, PT Sumber Organik yang bekerjasama dengan PLN terkait listrik yang dihasilkan tersebut. Sementara pemkot sendiri, bekerjasama dengan PT Sumber Organik dengan konsep 'Bangun Guna Serah' (Built Operate and Transfer) selama 20 tahun. "Jadi nanti tahun ke-20 atau di tahun 2032, semua (alat) ini menjadi milik pemkot dengan kondisi 85 persen. Artinya, mesinnya, semua peralatan pengolahan sampah ini dalam kondisi baik dan menghasilkan listrik dalam kondisi baik," urai dia. Secara sederhana, Anna menjelaskan bagaimana metode Gasification Power Plant ini mampu mengolah sampah menjadi listrik. Pertama, sampah yang telah ditimbang akan dimasukkan waste pit atau proses pemilahan. Kemudian, sampah itu diayak menggunakan crane seperti capit dan dimasukkan ke dalam boiler. Nah, di dalam boiler itulah proses pembakaran dilakukan. Metode ini pun terbilang lebih cepat dibanding sebelumnya Landfill Gas Power Plant. "Jadi melalui Gasification ini per hari minimal 1.000 ton sampah yang diolah menjadi listrik. Dan mesin ini bekerja selama 24 jam tidak berhenti. Tapi memang dalam 1 tahun itu ada beberapa hari masa pemeliharaan, jadi saat itu mesin berhenti tidak beroperasi sama sekali, supaya tidak rusak," kata Anna. Saat ini, Anna menyebut, sampah yang dihasilkan Kota Surabaya mencapai sekitar 1.500 ton per hari. Sedangkan jenis sampah yang diolah di TPS Benowo adalah sampah domestik atau rumah tangga. Sementara untuk jenis sampah seperti limbah mebel, diolah kembali di lokasi lain, seperti di galeri milik pemkot. "Jadi tidak semua jenis sampah masuk ke sini. Sebelum sampah masuk ke TPA Benowo itu kita pilah-pilah dulu di TPS (tempat pembuangan sampah). Ada sebanyak 190 TPS di Surabaya," kata dia. Anna menambahkan, bahwa PSEL Benowo ini bakal menjadi pilot project proyek strategis nasional. Sebab, di Indonesia baru pertama kali instalasi pengolahan sampah terbesar menjadi listrik dilakukan. "Jadi ini InsyaAllah bakal menjadi pilot project nasional," katanya. Selain dihadiri Presiden Jokowi, peresmian yang dijadwalkan pada Kamis (6/5), rencananya juga bakal dihadiri beberapa menteri. Di antaranya, Menteri Sekretaris Kabinet (Menseskab), Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hingga Menteri Sosial (Mensos). (fer/udi)

Sumber: