Perempuan Bangsa Jatim Peringati Hari Kartini Bersama Penghuni Griya Wreda Jambangan
Surabaya, Memorandum.co.id - DPW Perempuan Bangsa (PB) PKB Jawa Timur memperingati Hari Kartini dengan membagi takjil betema 'Sejuta Takjil untuk Indonesia, Bakti Kartini untuk Negeri'. Ketua Perempuan Bangsa Jatim, Hikmah Bafaqih menjelaskan, peringatan Hari Kartini digelar Perempuan Bangsa Jawa Timur diikuti seluruh DPW PKB se-Indonesia. "Di Jawa Timur dilaksanakan di hampir seluruh DPC PB (Kab/Kota) se-Jawa Timur," tegas Hikmah Bafaqih. Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur ini menambahkan, kondisi kebencanaan beberapa tahun belakangan ini sangat mengkhawatirkan. Baik itu bencana alam, bencana sosial, atau bencana lainnya. Karena begitu bencana terjadi memunculkan kelompok rentan. "Kelompok rentan hampir selalu menjadi korban dalam kejadian bencana," ujar Hikmah Bafaqih saat memperingati Hari Kartini dengan sambang Lansia dan diffable di UPTD Griya Wreda Jambangan. Kelompok rentan saat bencana sangat penting dikawal bersama. Hal ini berkaca pada gempa di Lombok dan di Jatim baru-baru ini. "Kelompok rentan hampir selalu menjadi korban dalam kejadian bencana. Gempa Lombok jumlah pengungsi perempuan tembus hingga angka 173.236 orang, dan di Lombok Timur ada 136 ibu hamil yang juga mengungsi. Selain 1.991 balita dan 2.641 anak-anak," tutur dia. Data BPBD Jatim, gempa di Jawa Timr memakan korban meninggal dunia sejumlah 10 orang, 9 di antaranya Lansia (di Lumajang, Blitar dan Kab. Malang). Pengungsi konflik sosial Sampang di Jemundo Sidoarjo juga didominasi perempuan dan anak-anak. Lalu, bencana sosial aksi kelompok radikal ekstrem (termasuk di Surabaya dan Sidoarjo beberapa waktu lalu) menyertakan perempuan dan anak sebagai pelaku aktif. Berbagai bencana karena konflik sumber daya alam di Lumajang dan Banyuwangi juga menyertakan perempuan dan anak sebagai korban. Pun bencana kegagalan teknologi seperti kasus Lapindo Sidoarjo. Kelompok rentan ini, lanjut politisi PKB ini, adalah perempuan, lansia dan anak-anak, juga diffable, penyandang penyakit berat, mereka yang miskin dan jenis kerentanan lainnya. "Merekalah yang paling berisiko mengalami masalah ketika bencana terjadi, baik menjadi korban saat bencana maupun bermasalah selama di pengungsian. Negara harus hadir dengan memastikan bahwa mereka yang menjadi korban harus mendapat perlakuan khusus karena kerentanannya. Lebih penting lagi, mencegah mereka menjadi korban dengan menguatkan ketangguhan mereka dan keluarga dengan anggota keluarga rentan untuk menghadapi bencana," tegas dia.(day)
Sumber: