Keluarga Ara Menolak Hamidah Tinggal di Karanggayam

Keluarga Ara Menolak Hamidah Tinggal di Karanggayam

Surabaya, Memorandum.co.id - Pelaku penculik Nessa Alana Caraissa atau yang biasa disapa Ara (7), telah ditangkap anggota resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya di Jalan Imam Bonjol, Pasuruan. Kedua pelaku, Oke Ary Aprilianto (34) dan Hamidah (35), yang tidak lain adalah masih ada hubungan keluarga. Mereka bisa dikatakan kakek-nenek Ara. Sehari-hari indekos di Jalan Kedung Tarukan. Hamidah diketahui merupakan sepupu Safrina Anidya. Ibu kandung Safrina merupakan kakak dari ibu Hamidah. "Ya bisa dikatakan bibi saya atau neneknya Ara," kata Safrina saat ditemui di rumahnya dengan didampingi suaminya, Tri Budi. Kedua pelaku berdalih, menculik Ara karena sakit hati terhadap keluarga Safrina. Mereka menganggap keluarga Safriana menguasai rumah yang ditinggali saat ini. Selain itu, Oke dan Hamidah sering mendapatkan perlakuan tidak manusiawi dan sering difitnah, dan dikata-katai kotor. Bahkan anaknya ditampar oleh Safrina. Tindakan ini yang berujung kedua pasangan suami istri siri itu menculik Ara. Menanggapi hal ini, Safrina tegas membantah tudingan kedua pelaku. "Tidak benar itu," kata Safrina. Wanita berhijab ini menambahkan, tidak mungkin jika dirinya menampar anak terkecil Hamidah. "Tidak menampar anak terkecilnya tidak mungkin, kalau menjendul kepalanya iya," jelas Safrina. Gegaraya pada waktu itu, anak Hamidah bernama Dian (25), diapeli pacarnya hingga tengah malam. Karena tidak enak dengan tetangga, akhirnya ibu Safrina menasehati pacarnya dan menyuruh pacarnya pulang. Bukannya pergi, pacarnya malah menantang mamanya. Kejadian ini diketahui Safrina. "Saya tidak takut, biar digeruduk warga, saya tidak takut," ucap Safrina menirukan ucapan pacar keponakannya itu. Setelah pacarnya pergi,  keponakan wanitanya masuk rumah sambil marah hingga cekcok lalu masuk dengan menutup pintu keras-keras. Karena merasa tidak menghargai ibunya, Safrina langsung menjendul kepala anak Hamidah. "Jadi hanya menjendul kepalanya bukan menamparnya," jelas Safrina. Menurut Safrina, selama ini pihaknya sangat peduli dengan ketiga anak Hamidah yang tinggal di rumah Karanggayam bersama nenek dan keluarga Safrina. "Kalau anaknya salah ya saya nasehati, namun tidak sampai menampar atau memukul," tandas Safrina. Kedulian lain Safrina terhadap anak Hamidah, semisal menyuruhnya mandi jika belum, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dari sekolah, sudah makan apa belum. Jadi masih dalam taraf kewajaran dalam hubungan kerabat. Untuk kata-kata kotor dan perlakuan tidak manusiawi? Safrina mengaku hanya menasehati saja dan tidak sampai mengeluarkan kata-kata kotor yang dituduhkan Hamidah dan Oke. Nasehat itu keluar dari mulut Safrina karena Hamidah dianggap tidak mempunyai sopan santun dan tidak menghargai ibu Safrina serta bulek-buleknya. Keluarganya menganggap Hamidah tidak permisi dan tiba-tiba nyelonong masuk ke dalam rumah saat menjenguk maupun sedang mengirim makanan untuk anaknya ke rumah. "Saya mengeluarkan kata-kata kotor ke pelaku karena tidak menghargai bulek dan mama saya di rumah ini," ungkap Safrina. Safrina mengungkapkan, selama ini Hamidah masih sering datang ke rumah untuk mengirim makanan ketiga anaknya. Terkadang dikirim melalui ojek online. "Ketiga anaknya tinggal di Karanggayam karena tidak mau tinggal sama mamanya (Hamidah). Entah kenapa," tutur dia. Untuk keluarga Safrina yang menuduh ingin menguasai rumah warisan di Karanggayam? Safrina membantah dan menurutnya justru Hamidah yang ingin tinggal di rumah ini. Tapi keluarga sepakat menolak kehadiran Hamidah di rumah ini dengan alasan suaminya, Oke masih menjadi istri orang dan tidak punya surat nikah. "Keluarga sepakat menolak karena yang laki masih suami orang dan pernikahan hanya siri. Jadi kami juga minta surat nikah karena kawin siri tidak ada suratnya, jadi sama keluarga sepakat menolak dia tinggal di sini," jelas dia. Menurut Safrina, jika ingin menguasai rumah ini kenapa keluarganya memperbolehkan ketiga anak Hamidah tinggal di rumah ini. "Karena itu akhirnya Hamidah dan suaminya pergi dan tinggal di tempat lain (indekos)," beber Safrina. Selain itu, yang tinggal di rumah Karanggayam bukan hanya keluarganya yang tinggal, melainkan juga bibi-bibinya. (rio)

Sumber: