Pengorbanan Perempuan Tangguh yang Berakhir Sia-Sia (3 – habis)

Pengorbanan Perempuan Tangguh yang Berakhir Sia-Sia (3 – habis)

Terbelit Utang Pemilik Panti Pijat, Anak Dititipkan kepadanya

Wajah tua itu tersenyum. Senyum yang dipaksakan di antara perihnya kehidupan. Itulah kesan yang dirasakan Endah ketika membuka mata setelah tidak sadarkan diri.   “Emak sehat-sehat saja?” tanya Endah sambil masih terbaring lemah. Mak Wendah yang duduk di kursi roda reyot samping ranjang kembali terseyum. Ia remas tangan anaknya.   “Mas Koko di mana, Mak?”   Mendadak wajah Mak Wendah muram. “Maafkan Emak,” kata Mak Wendah, yang kemudian menambahkan sambil menahan tangis bahwa dia tidak tahu apa-apa soal Koko. Ia bahkan tidak tahu bagaimana keadaan Risa setelah dibawa pergi Koko setelah lulus SD.   “Emak tidak tahu. Warga di sini juga tidak ada yang tahu. Coba temui Pak RT. Dia mengaku pernah bertemu suamimu.”   “Masa Mas Koko tidak pernah kemari?”   “Tanya saja para tetangga. Dia hanya ke sini sebulan sekali. Memberikan pangsiun almarhum bapakmu, soalnya dia yang ngurus. Itu saja Emak gak yakin diberikan semua. Tapi biarlah, buat jajan Risa.”   Hati Endah rasanya teriris-iris. Jadi, selama ini dia ditipu mentah-mentah oleh suaminya sendiri, yang selama ini sangat dia percaya. Ternyata apa yang Koko katakan hanyalah kebohongan demi kebohongan.   “Apa mereka tinggal di rumah Benowo?”   “Rumahnya siapa?”   Endah langsung paham. Dia lantas menunduk lesu. Sesenggukan. Mulai sadar dan bisa menebak apa yang telah terjadi. Endah hanya diam dan menurut ketika ada tetangga yang membimbingnya untuk duduk.   “Suamimu ngekos di Banyuurip,” kata Pak RT tiba-tiba, yang ternyata sudah berada di tempat itu dan memperhatikan Endah. “Risa?”   “Begini, Ndah,” kata Pak RT lirih, tidak langsung menjawab pertanyaan Endah soal Risa.   Pak RT mengaku memang pernah  bertemu Koko di pasar burung Kupang. Namun sudah lama. “Waktu itu ia pinjam uang. Katanya untuk bayar kosnya di Banyuurip. Saya kasih. Juga saya ajak makan. Saat makan itulah dia banyak bercerita,” katanya.   Koko mengatakan bahwa hidupnya sudah hancur. Berantakan. Sekarang sudah tidak punya apa-apa. Terjerat utang di mana-mana. “Bau alkohol tercium dari mulutnya saat dia bercerita,” imbuh Pak RT.   Utang terbesar Koko didapatkan dari seorang pemilik panti pijat yang memiliki cabang di banyak tempat. “Karena menyerah tidak bakal bisa melunasi utangnya, Koko menitipkan Risa bekerja di tempat temannya itu,” tutur Pak RT tanpa mampu melihat wajah Endah.   Endah kaget bukan alang kepalang. Dia menjerit sangat keras. Lalu kembali tidak sadarkan diri. “Sampai sekarang Bu Endah belum pernah bertemu suami dan anaknya,” kata Ikin yang mengurusi proses perceraian Endah. (habis)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih  

Sumber: