Perempuan dan Ular Hijau di Tandon Air Wonokitri (2)

Perempuan dan Ular Hijau di Tandon Air Wonokitri (2)

Mak-deg… Spontan Badannya Meriang Melihat Belahan Dada

Pengalamanku bertemu gadis cantik di tandon air Wonokitri menyebar. Terutama di kalangan bapak-bapak penggemar gowes kompleks perumahan. Sebagian ibu-ibu pun ada yang mendengar. Beberapa hari kemudian Pak Anton yang rumahnya berdempetan dengan rumah Pak Suri mendekatiku. Waktu itu kami ramai-ramai caring matahari pagi setengah siang. “Bener tah Pak Yuli bertemu cewek di tandon air Wonokitri?” tanya Pak Anton dengan wajah serius. Aku mengangguk. “Bajunya hijau?” Aku kembali mengangguk. “Wajahnya mirip ibu kita Kartini?” Aku mengangguk lagi. “Kenapa?” tanyaku. “Tapi ini rahasia. Saya hanya cerita sama Pak Yuli.” Aku diam. “Aku juga pernah bertemu,” tutur Pak Anton lirih, yang menambahkan bahwa dia bahkan sempat berkencan. Deg. Hatiku berdesir. Teringat beberapa kali menelan ludah saat memandang gadis itu. Sungguh, andai ada kesempatan dan tidak dosa, mungkin aku juga akan melakukannya. “Oh ya?” kataku pura-pura kaget. Pak Anton tersenyum. “Asli, Pak. Aku nggak bo’ong,” tegas Pak Anton. Cerita Pak Anton, waktu itu pulang dari tempat kerjanya, ia mampir ke rumah sepupu di Wonokitri yang punya hajat hendak mantu. Pak Anton rencananya diserahi menjadi wakil tuan rumah untuk memberi sambutan selamat datang. “Dalam keluarga besar kami, kebetulan hanya saya yang menguasai bahasa Jawa kromo inggil. Besannya dari Solo. Sungkan kalau tidak dirahapi dengan bahasa  bahasa kromo,” kata Pak Anton. Mendadak ban motor gembos. Terpaksa kendaraan dituntun karena di sekitar situ tidak ada tukang tambal ban. Ketika melewati tendon air, terdengar azan Magrib  bersahut-sahutan. “Betisku tiba-tiba kram. Sakit. Seperti terjepit tang. Motor ku-standar di tepi jalan dan agak terpincng-pincang berjalan dan duduk di badukan tendon air,” kata Pak Anton. Belum lama menyelonjorkan kaki, dari belakang tembok muncul bayangan. Kurang jelas karena terhalang tanaman. Pak Anton tak menghiraukan. Dia memijat-mijat kakinya yang kram. Tidak diduga, tiba-tiba ada seseorang duduk di sampingnya. Pak Anton yakin yang duduk itu pasti seseorang yang baru muncul dari balik tembok. Dia menggeser pantatnya. Pak Anton lantas melirik. Ternyata seorang perempuan. Cantik. Bukan hanya lumayan cantik, melainkan sangat amat cantik. Pak Anton tersenyum sambil menganggukkan kepala tanda hormat. Perempuan itu balas tersenyum sambil membungkuk. Mak-deg. Pak Anton spontan mriang melihat belahan dada perempuan tadi. Tampak jelas di sela blouse warna hijau yang dia kenakan. (bersambung) Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih  

Sumber: