Santri Gratis Mondok dan Belajar Agama

Santri Gratis Mondok dan Belajar Agama

  Masjid Pondok Pesantren (Ponpes) An-Nur yang beralamat di Jalan Karah Agung VI, tidak kalah dengan masjid-masjid yang berada di Surabaya. Selain jadi cahaya masyarakat sekitarnya, masjid yang dibangun pada tahun 2.000, An-Nur juga surga bagi 17 santri yang menghuni ponpes tersebut. Surga yang dimaksud adalah dalam mendulang pahala di bulan suci kali ini. Sederet kegiatan religi bersemi di masjid yang didirikan Abu Bakar Assegaf tersebut. Bukan hanya satri, melainkan masyarakat juga menikmatinya. Pada setiap Ramadan, sebulan penuh masjid ini menyediakan takjil. Tidak jarang banyak masyarakat atau pengguna jalan mampir salat berjemaah setelah mendengar suara merdu azan dari seorang satri. "Mereka yang datang bukan hanya salat berjemaah saja melainkan juga menikmati takjil yang telah kami sediakan. Seperti bakso, nasi bungkus, minuman teh hingga makanan ringan untuk berbuka puasa," kata Ustaz Syamsudin. Menurut Syamsudin, selama Ramadan kegiatan di Masjid An-Nur sangatlah padat. Di mulai dari salat subuh berjemaah, salat lima waktu, doa istighfar menjelang azan magrib. Setelah itu dilanjutkan dengan salat tarawih, tadarus, dan membaca kitab kuning. "Bukan hanya diikuti satri sini, tetapi warga sekitar juga diperbolehkan ikut," ungkap dia. Abu Bakar Assegaf, pemilik Masjid Pondok Pesantren An-Nur, mengungkapkan, rahasia di masjid ini selama Ramadan yakni mewajibkan satri salat tarawih dan salat malam. "Karena menunaikan ibadah di sini sangat tenang, ganjaran pahalanya juga sangat besar apalagi pada Ramadan," kata Abu Bakar Assegaf. Lelaki paruh baya ini mengungkapkan, selama Ramadan imam khusus tarawih rata-rata para penghafal Alquran dari Jamiatul Quro Jawa Timur dan Masjid Al Akbar. Abu mengisahkan, sejarah dibangunnya Masjid Ponpes An-Nur pada tahun 2000. Waktu itu, di sekitar pondok banyak warga yang keranjingan judi. Kemudian dibangunlah masjid dengan harapan bisa menjadi cahaya bagi mereka dan meninggalkan perbuatan maksiat. Meski awalnya bermasalah dengan keterbatasan lahan, imbuh Abu, perlahan tapi pasti tanah warga akhirnya bisa dibeli hingga Masjid An-Nur bisa diperluas hingga sekarang. Sementara, 17 santri yang mondok di An-Nur tersebar dari berbagai daerah. Mulai dari Gresik, Jember, Pasuruan, Probolinggo, Madura, dan Jawa Tengah. "Para santri diberi fasilitas pendidikan, tempat tinggal, semuanya gratis. Untuk dana semua saya ambil dari uang pribadi. Semua rezeki ini dari Allah," pungkas Abu. (rio/nov)  

Sumber: