Pesan Muncikari, Dikasih Perawan yang Pernah Diperawani

Pesan Muncikari, Dikasih Perawan yang Pernah Diperawani

  Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Lelaki itu ternyata Jono, suami Ningsih. Dia tidak mau melepaskan pelukan. Berkali-kali dia minta maaf dan meminta Ningsih mencabut gugatan cerainya. Jono mengaku bersalah dan tidak ingin kehilangan perempuan berpinggang kecil tapi berpinggul semok tersebut. Ningsih gelagapan. Dia tidak mengerti maksud Jono berbuat seperti itu. Maka, ketimbang jadi tontonan orang banyak, Ningsih akhirnya mengajak Jono pamit dan pulang. Sejak itu Memorandum putus informasi soal kisah rumah tangga Ningsih vs Jono. Beberapa kali dolan ke pengacaranya, dikatakan bahwa belum ada perkembangan soal rencana perceraian mereka. Baru dua hari yang lalu Memorandum mendapatkan cerita soal Ningsih dan Jono ketika mampir ke kantor sang pengacara. Katanya Ningsih mencabut gugatan cerainya, senyampang belum ada putusan dari PA. Menurut pengacara itu, sebut saja Ikin, Jono sudah menyadari kesalahannya. Dia menyadari bahwa keperawanan bukan sepenuhnya tanda bahwa seorang gadis itu masih suci atau tidak. Sebab, bisa saja selaput keperawanan seseorang pecah karena trauma tertentu. Misal, selaput keperawanan seorang atlet balap sepeda bisa rusak karena itensitasnya bersentuhan dengan sadel, terjatuh, dan masih banyak hal lain. Hal lain yang mendorong Jono minta Ningsih mencabut gugatan cerai, lelaki kerempeng berwajah culun ini menemukan fakta mengejutkan. Begini ceritanya: Jono yang ingin sekali lagi menikmati darah perawan kembali memesan gadis tingting, anyar gres, dari seorang muncikari. Singkat cerita, Jono menunggu gadis pesanannya di sebuah hotel kawasan Pasar Besar. Tak disangka, yang datang ternyata gadis sama yang pernah diperawaninya lebih dari setahun lalu. Sebut saja namanya Ninik. Tentu saja Jono kaget. Gadis yang pernah menyuguhkan keperawanan setahun silam itu mana masa bisa menyuguhkan kembali keperawanan? Deg! Jono merasa dikibuli. Walau begitu, Jono pura-pura tidak mengenal Ninik. Demikian juga, rupanya Ninik sudah lupa terhadap Jono. Prosesi pemerawanan pun dimulai. Ninik bersikap seolah-olah perawan sejati. Sikapnya malu-malu kucing dan seperti tidak pernah mengenal dunia 21 tahun ke atas. Ah uh-ah uh glodakā€¦ pun terjadi. Kala pertempuran berlangsung, Jono memasang kewaspadaan penuh. Dia tidak pernah lepas memperhatikan gerak-gerik Ninik. Juga, ketika gadis berwajah imut dan berbodi mungil ini melakukan gerakan ganjil. Terus diwaspadainya. Jono mengetahui betul ketika Ninik mengambil sesuatu dari bawah kasur. Mendadak mak-sret Jono mengangkap tangan Ninik. Ternyata tangan tersebut memegang klip pastik kecil berisi cairan warna merah. Merah darah!!! (habis)

Sumber: