Dendam, Suami Membawa Pulang Wanita Nakal

Dendam, Suami Membawa Pulang Wanita Nakal

Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Gara-gara sprei tidak bebercak darah pada malam pertama, Trijono (25, bukan nama sebenarnya) menuduh istrinya, sebut saja Sri Ningsih (24), tidak perawan. Sudah jebol sebelum menikah. Yang menyakitkan, Jono memastikan Ningsih melakukannya dengan lelaki lain. Sebab, sebelum resmi ijab kabul, mereka tidak pernah berhubungan sejauh itu. “Tapi aku tidak pernah melakukannya. Sungguh, Pak,” kata Ningsih kepada pengacara yang hendak dimintai tolong Ningsih membantu mengurus perceraian. Pengakuan itu diungkapkan Ningsih di kantor sang pengacara di sekitar Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, hampir dua bulan lalu. Ningsih mengaku sakit hati karena tuduhan itu diucapkan Jono setiap saat. Tidak peduli tempat dan waktu. Termasuk di depan keluarganya maupun keluarga Jono. “Aku malu, Pak,” katanya sambil menangis. Sejak malam itu Jono jarang mengajak Ningsih berhubungan intim. Tapi di luar itu, lelaki berbadan kurus ini masih meminta haknya sebagai suami dipenuhi. Misal, Ningsih harus menyediakan sarapan dan air hangat untuk mandi pagi. “Aku tidak pernah disentuh. Sama sekali. Aku hanya disuruh-suruh dan diperlakukan seperti pembantu,” keluh Ningsih. Suatu saat Jono pernah mengatakan akan membalas dendam karena merasa telah ditipu. Caranya, dia akan berhubungan dengan perempuan lain dan Ningsih tidak boleh menghalangi. Ningsih sedih dan berusaha menghalangi niat Jono dengan menegaskan bahwa balas dengam itu tidak perlu, karena faktanya dirinya tidak pernah sama sekali berhubungan intim sebelum menikah vs Jono. Malam pengantin itu adalah kali pertama dia melayani lelaki. Dan, lelaki itu adalah Jono, suami sendiri. Jono ngotot. Kalau memang itu adalah kali pertama Ningsih berhubungan intim, tentu ada tanda keperawanan. Yaitu bercak darah di sprei pada malam pertama. Tapi, di mana tanda itu? Tidak ada kan? Fakta yang terjadi memang demikian, dan Ningsih tidak tahu mengapa bisa begitu. Dia tidak mampu menjelaskan lebih jauh. Akhirnya dia pasrah. Walau begitu, bukan berarti Ningsih setuju Jono melampiaskan syahwat kepada perempuan lain. Hanya, dia tidak akan berusaha menghalang-halangi apa pun tindakan Jono. Ternyata perkataan Jono bukan omong kosong. Dia membuktikannya. Suatu saat Jono membawa pulang perempuan muda. Sangat muda. Usianya diperkirakan tidak lebih dari 20 tahun. Seusia anak SMA. “Jangan ganggu. Anggap ini pelampiasan dendam, karena kamu tidak bisa memberikannya kepada suami ini,” kata Jono sebelum mengajak perempuan muda itu masuk kamar dan mengunci dari dalam. Waktu itu Ningsih sedang duduk-duduk di ruang tamu sebelah kamar tidur. Ironis, Jono bertindak seolah tanpa perasaan. Sesaat kemudian terdengar suara khas dari medan pertempuran. Ah uh-ah uh glodak… ah uh-ah uh glodak. Kadang terdengar auman kayak singa padang pasir, kadang terdengar lenguhan kayak sapi digorok. Seperti itulah. Ningsih tidak tahan. Dadanya terbakar. Dia langsung cabut masuk kamar belakang. “Aku menangis sepuas-puasnya di sana. Semua barang yang ada aku banting,” kata Ningsih dengan penuh emosi, mengekspresikan kemarahan. (bersambung)

Sumber: