Dijebak Gadis Bispak Teman Sekampus Nana, Vanessa

Dijebak Gadis Bispak Teman Sekampus Nana, Vanessa

Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Ternyata cerita dan bukti-bukti foto perilaku Jono yang disampaikan Nana belum bisa meyakinkan Ningsih. Paling tidak, di depan keponakannya itu, Ningsih masih selalu membela Jono. Fakta ini, ternyata, tidak membuat Nana patah semangat. Dia masih terus berupaya meyakinkan sang tante. Karena sudah mentok, Nana menawarkan penjebakan terhadap Jono agar Ningsih melihat dengan mata kepala sendiri perilaku busuk Jono. Kali ini Nana bekerja sama dengan teman sekampusnya yang terkenal bispak (bisa dipakai), sebut seja Vanessa (20). Awalnya Vanessa menolak. Namun setelah diancam bahwa statusnya sebagai mahasiswi bispak akan dibongkar, dia akhirnya bersedia bekerja sama. Vanessa yang sudah beberapa kali melayani Jono diminta memberikan nomor HP baru Ningsih dan menyatakan nomor ini milik temannya yang baru terjun ke dunia bispak. Sementara itu, Ningsih bersama Nana di rumah mereka di kawasan Karangpilang sedang mempersiapkan langkah selanjutnya. Nana memasangkan chip nomor telepon yang diberikan Vanessa kepada Jono. “Sekarang Tante tinggal menunggu kontak dari Om,” kata Ningsih mengulang instruksi Nana. Sehari-dua hari memang tidak ada kontak. Baru pada hari kelima, HP baru Ningsih berdering. Dan, Ningsih hafal betul nomor tersebut. Nomor milik Jono. Dengan suara yang dibuat-buat, Ningsih menanggapi setiap omongan Jono. Singkat cerita, Jono mengajak Ningsih bertemu di sebuah hotel di kawasan Jalan Dionegoro, pukul 20.00. Ningsih diminta langsung masuk kamar nomor XXXX. Sebelum berangkat ke hotel, Ningsih mengajak Nana ikut. Akhirnya sesuai dengan tempat dan waktu yang dijanjikan, Ningsih berada di hotel yang disepakati. Namun, dia tak langsung masuk kamar, melainkan duduk-duduk terlebih dulu di kafe bersama Nana. Ningsih sengaja mengulur-ulur waktu. Selain untuk menata hatinya yang deg-degan seperti hendak meledak, dia mencoba mempermainkan suaminya. Beberapa kali HP Ningsih berdering dan sengaja direspons agak lambat. Ningsih beralasan bahwa dia masih berada di perjalananan dan terjebak macet. Baru pada pukul 21.00 Ningsih mengetuk pintu kamar Jono. Ningsih tidak berdiri tepat di depan pintu, melainkan agak menyamping. Tak lama kemudian pintu terbuka. Muncullah wajah Jono. Wajah yang pucat pasi menatap mata Ningsih. Plak! Ningsih spontan menampar Jono dengan keras, lantas mendorongnya hingga tersungkur. “Kami lantas pergi meninggalkannya,” kata Ningsih, yang mengaku suaminya beberapa kali berusaha minta maaf, tapi tidak dia hiraukan. Menurut Ningsih, Jono tidak mungkin akan sembuh. Pengalamannya berkuliah di jurusan psikologi menunjukkan hal itu. “Makanya saya menggugat cerai dia,” tambah Ningsih. Diakui perempuan bermata bulan sabit ini, sebenarnya dia sudah lama curiga Jono suka bermain perempuan di luar. Terutama dengan wanita nakal. Tapi, kecurigaan itu tidak pernah dia tampakkan. Ningsih meyakini itu karena sering terdampak kenakalan si suami. Beberapa kali dia terkena keputihan. Ningsih juga pernah memergoki Jono berusaha memerkosa pembantu mereka. Saat itu Jono mengaku tobat dan tidak akan mengulangi. (habis)

Sumber: