Bersiap Ngaku, Suami Cegah Bibir Darling Bersuara

Bersiap Ngaku, Suami Cegah Bibir Darling Bersuara

Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Melihat Ilham yang tidak pernah menyakitinya walau mungkin tahu apa yang dia perbuat, Darling merasa dirinya sangat bersalah. Karena itu, dia bertekad bakal membuat pengakuan dosa di hadapan suaminya. Apa pun tanggapan Ilham akan Darling terima. Risiko sejelek apa pun. Dicueki, dimarahi, dihajar secara fisik, semua akan dia terima. Termasuk bila Ilham akan menceraikannya. Karena itu, pada malam yang sudah dipersiapkan, ketika mereka sedang berada di peraduan dan siap tidur, Darling mencoba mengambil hati suaminya dengan memberi sentuhan-sentuhan hangat. Sentuhan sayang. Darling menyandarkan kepala di dada Ilham. Dan perlahan namun pasti, Darling membuka percakapan yang sudah dipersiapkan dengan matang, “Malam ini aku ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting.” Ilham merespons kemajaan istrinya dengan mengelus punggung Darling. Juga rambutnya. “Aku…” imbuhnya. Namun, perkataan itu dipotong Ilham dengan menempelkan jari telunjuk ke bibir Darling. “Ayang (panggilan Ilham kepada Darling, demikian pula sebaliknya, red) tidak usah menceritakannya. Aku sudah paham apa yang akan Ayang ceritakan. Aku sudah lama berusaha bisa menerimanya, dan sekarang ini sudah bisa benar-benar menerimanya.” Darling tersentak kaget. Ilham melanjutkan ceritanya bahwa sebelum menikah, diam-diam dia memeriksakan diri ke dokter. Dia ingin mengetahui dirinya subur atau ada gangguan dalam kesehatan reproduksinya. Ternyata dokter menjelaskan bahwa Ilham menderita kelainan hormonal dalam reproduksi. Dan itu amat sulit disembuhkan. Dia divonis mandul! Ilham bagai tersambar petir di musim durian. Dia sempat putus asa dan hendak mengurungnya niat ber-ta’aruf vs Darling. Tapi, Ilham kadung jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap Darling. Dan, itu tidak bisa dia singkirkan. “Makanya aku nekat meminangmu,” kata Darling menirukan ucapan Ilham, yang dibisikkan dengan lirih di samping telinga Darling. Perempuan ini merasakan tangannya tertetesi air ketika mencoba mengelus pipi sang suami. Tak bisa ditahan, Darling juga membasahi dada Ilham dengan air matanya. “Aku akan berusaha sekuat tenaga menjadi ayah yang baik bagi mereka,” kata Ilham sambil matanya melirik dua bayi di ranjang ayun samping tempat tidur. “Kini kami merasa bahagia. Kami berusaha mengubur masa lalu kami dalam-dalam. Yang mungkin kelam bagi orang lain, namun memiliki arti amat besar bagi perjalanan hidup kami,” kata Darling. Darling berharap sejarah hidupnya bisa menjadi pelajaran bagi orang lain. Para pembaca Memorandum bisa mengambil bagian yang bermanfaat dan membuang yang kurang berkenan. (habis)  

Sumber: