Mimpi 99 Masjid

Mimpi 99 Masjid

Oleh: Ali Murtadlo Enaknya kalau sudah kaya. Mau apa saja bisa. Termasuk keinginan membangun masjid. Itulah yang dilakukan bos JNE, Johari Zein, saat berdoa di Masjidil Haram. "Alhamdulillah setelah berdoa itu, saya bermimpi, jangankan satu masjid 99 masjid pun boleh kamu bangun," kata pendiri perusahaan bernama lengkap Jalur Nugraha Ekakurir yang beken dengan singkatan JNE-nya ini. Kini, Masjid Zeinur yang berarsitek unik ini bertebaran di seluruh nusantara dan juga luar negeri. Pria Tionghoa kelahiran Medan pada 1954 ini menjadi mualaf pada 1982. Sejak itu, Pak Jo --panggilan 23 ribu karyawannya-- sangat gemar mengamalkan perintah Al Qur'an. Salah satu di antara yang sering disebutnya adalah surat Al Ma'un, perintah menyamtuni anak yatim/piatu. "Saya senang mengajak mereka makan di restoran di mal. Kalau nasi kotak mungkin sudah banyak. Tapi, mengajak mereka punya pengalaman makan di restoran bagus, pasti akan menjadikan pengalaman yang mengesankan," katanya. Yang juga sering dilakukan bersama anak yatim adalah mengajak nonton. "Jika ada film yang cocok untuk mereka, terutama yang bisa memberikan inspirasi, saya ajak nonton. melihat mereka senang, tertawa, bahagianya luar biasa," kata Pak Jo. Satu lagi yang biasa dilakukan bersama anak yatim yang dikelola Johari Zein Foundation adalah belanja bersama. Dia ajak anak-anak yatim dari berbagai panti, lalu setiap panti, berhak untuk memenuhi troli belanja. "Saya senang melihat mereka diskusi beli apa-apa untuk keperluan pantinya. Ini sekaligus latihan bisnis dan kepemimpinan untuk mereka," kata Jo yang kini menjadi Presiden Komisaris JNE ini. Rahasia suksesnya? "Isteri saya luar biasa. Saya sama sekali tidak terganggu oleh urusan keluarga. Semua ditangani isteri dengan sangat baik. Saya bisa konsentrasi ke pekerjaaan. Termasuk ketika saya dipilih menjadi presiden asosiasi, saya tetap bisa handle semua karena isteri saya back up penuh untuk urusan keluarganya," katanya. Selain faktor isteri, rahasia suksesnya, adalah manajemen spiritual. "Saya berkesimpulan bahwa kegiatan komersial dalam bisnis harus seimbang dengan kegiatan sosialnya. iItulah yang menurut saya bisnis yang berkah," katanya. Ketika krismon 1998, banyak yang di-PHK, JNE tawari untuk menjadi agen. "Ketika itu kami masih kecil, tapi kami sudah bisa beri timbangan kepada yang mau bergabung dengan kami menjadi agen," katanya. Berkah dari bersedekah menawari pekerjaan ketika krismon 1998, itu dipanen oleh JNE ketika bisnis e-commerce mulai muncul. "Pada 2010 ketika online shopping marak, omzet kami sudah tembus Rp 1 triliun. Dan sejak itu, setiap tahun naik 30 sampai 40 persen," katanya. Bagaimana resep mengurus 23 ribu karyawan? "Sebaiknya, jangan dibedakan karyawan dan pengusaha. Keduanya saling membutuhkan. Sebaiknya, keduanya saling percaya, bukan saling mencurigai," katanya. Agar kompak, kata Pak Jo, JNE mengadakan Johari Cup. "Tujuan utamanya mempertemukan karyawan. Ada pertandingan olah raga, bahkan juga lomba nyanyi JNE Idol," katanya. Ditanya mengapa masih membikin start up termasuk bisnis kuliner. "Saya sudah 66 tahun. Uang sebenarnya sudah cukup untuk makan tiga kali, tapi mengapa saya tetap bikin peusahaan karena saya ingin akhir hidup saya bisa bermanfaat bagi orang lain dengan menyediakan lapangan kerja," katanya. Sebuah contoh orang kaya yang baik. Semoga menginspirasi kita semua. Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Sumber: