Uang Menggiurkan

Uang Menggiurkan

Djoko Tjandra bagi-bagi duit. Hampir semua media hari ini memberitakannya sebagai headline. Kita hanya geleng-geleng kepala. Karena bagi-bagi duit itulah dia bisa menghapus namanya dari red notice interpol. Dengan begitu, dia bebas keluar masuk Indonesia. Bahkan malah "diantar" kemana-mana. Dua jenderal jadi tersangka: Irjen Napoleon Bonaparte dan Brigjen Prasetijo Utomo. Sebelumnya, terpidana kasus cessie (pengalihan hak tagih) Bank Bali ini selalu lolos dari bidikan aparat. Caranya, ya dengan bagi-bagi duit itu. Sebelum ditangkap, dia berkali-kali melakukan perjalanan ke Indonesia dengan surat sakti dari Brigjen Prasetijo Utomo yang kini telah dicopot dari jabatannya sebagai Kepala Biro Koordinasi dan Pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bareskrim Polri. Joker --julukan Djoko Tjandra karena begitu pintarnya berkelit-- sering wira-wiri ke Indonesia. Anehnya, itu juga diakui oleh Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin dalam sidang parlemen. Yakni, saat Djoko muncul di PN Jakarta Selatan pada 8 Juni 2020 lalu untuk mengajukan Peninjauan Kembali (PK) atas hukuman yang digugat terhadapnya. Yang luar biasa lagi adalah ini: pada 19 Juni 2020, Prasetijo Utomo menemani Joker dengan jet pribadi terbang dari Jakarta ke Pontianak. Surat jalan yang dikantongi Joker menyebutkan bahwa profesinya adalah seorang konsultan. Dalam surat bebas Covid-19 pun ditulis begitu. Mengapa semudah dan semurah itu kita bisa diatur orang semacam Joker? Karena uang yang menggiurkan. Untuk apa? Untuk apa saja. Hampir semua kegiatan di negeri ini, sangat memerlukannya. Uanglah salah satu cara untuk memuluskannya. Untuk naik pangkat. Untuk silaturahmi. Untuk terjun ke politik. Untuk nyaleg. Untuk nyapres, untuk nyagub, untuk nyabub, bahkan untuk menang jadi kepala desa pun perlu banyak uang. Jangan coba-coba maju jika hanya "garingan". Sangat langka. Anda mau nyaleg untuk DPR, DPRD provinsi atau DPRD Kabupaten/kota, tanyalah kepada konsultan politik, mereka sudah punya patokan biayanya. Begitu juga, untuk nyabup atau nyawali. Sudah ada harganya untuk bisa menang tentu dengan kondisi popularitas dan elektabilitas saat start. Uanglah cara tercepat yang bisa mendongkrak popularity dan electibilty. Itu yang akan dikatakan para konsultan politik yang rata-rata juga menyediakan lembaga surveynya ini. Paling gampang betapa uang memainkan segalanya, cobalah tanya kepada tukang atau buruh ketika ada pemilu, dia pilih kerja atau pilih nyoblos. Jawabnya nyoblos. Sebab, amplop "serangan fajar" begitu tinggi. Jadi? Mungkin kita jugalah yang menyebabkan pejabat kita terperangkap kepada "uang menggiurkan" seperti yang dibagi-bagi oleh Si Joker itu. Selain tentu saja, mental yang sudah sangat rusak parah. Semoga masih banyak pejabat bersih di negeri ini. Sehingga indeks korupsi kita tidak selalu bertengger di nomor buncit. Jauh di bawah Malaysia, apalagi Singapura. Aamiin. Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Sumber: