Jurnalis Harus Multitasking, Jika Tidak Maka Perannya akan Digantikan Robot

Jurnalis Harus Multitasking, Jika Tidak Maka Perannya akan Digantikan Robot

Tulungagung, memorandum.co.id - Rangkaian acara Perayaan Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2020 kembali digulirkan oleh PWI Tulungagung. Setelah sempat tertunda karena pandemi Covid-19, Rabu (19/08/2020), seminar nasional dengan tema Tantangan Profesionalisme Wartawan di Era Revolusi Industri 4.0 dilaksanakan. Acara dilaksanakan di hall Narita Hotel, dibuka langsung oleh Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo. Diikuti perwakilan media di Tulungagung, sejumlah tokoh masyarakat dan pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkup Pemkab Tulungagung. Tidak hanya itu saja, sebab sejumlah instansi samping hingga perwakilan LSM dan mahasiswa juga nampak hadir dalam acara tersebut. Ketua PWI Tulungagun, Mohammad Aminun Jabir dalam sambutannya mengatakan, seminar nasional ini menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya. Yakni Ketua Komisi Penelitian, Pendataan dan Ratifikasi Dewan Pers tahun 2019 - 2022, Ahmad Djauhar dan Kabag Humas Protokol dan Hubungan Antarpimpinan Setda Pemkab Tulungagung, Galih Nusantoro. Aminun Jabir menyampaikan, seminar ini digelar untuk memberikan pandangan kepada pelaku maupun pihak-pihak yang berkaitan dengan dunia jurnalis tentang profesionalisme jurnalis di era revolusi industri 4.0. Dengan harapan profesionalitas wartawan di Tulungagung semakin meningkat dan memiliki daya saing di era revolusi industri 4.0. "Harapannya nanti anggota dewan pers bisa memberikan gambaran bagaimana profesionalisme jurnalis masa kini di era revolusi industri 4.0," ujar dia. Sementara itu Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo mengatakan, peran media dalam penanganan Covid-19 di Kabupaten Tulungagung sangat dibutuhkan. Media mengabarkan berita yang valid di masa pandemi seperti ini memberikan pemahaman maksimal kepada pembaca, sehingga tidak ada kesalahan pemahaman atau multitafsir dalam sebuah berita. "Saya sampaikan terima kasih kepada media yang telah menyampaikan berita berita yang valid mengenai penanganan Covid-19 di Tulungagung. Alhamdulillah saat ini jumlah terkonfirmasi covid tinggal 1, lainnya sembuh," ungkapnya. Di tempat sama, Ahmad Djauhar menyampaikan, profesionalisme wartawan di era saat ini mendapatkan tantangan dari media sosial yang bisa kapan saja memberikan sekadar informasi, walaupun informasi tersebut tidak keluar dari pernyataan pihak yang memiliki kapasitas di bidangnya. "Yang akan membedakan berita dengan sekadar informasi melalui sosial media ini adalah validitasnya. Berita yang valid bersumber dari narasumber yang kompeten, jadi tidak hanya sekadar informasi namun ada muatannya," ucap Djauhar. Menurut Djauhar, di era revolusi industri 4.0 ini, seorang wartawan harus bisa menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada. Sebab jika tidak, maka peran mereka bisa digantikan oleh jurnalis robot yang bisa membuat berita dalam jumlah banyak dalam satu hari. Meskipun menurut Djauhar, peran robot ini hanya terbatas pada berita-berita yang bersifat straight news, bukan berita-berita yang ditulis dengan kalimat kalimat mendayu-dayu untuk memberikan gambaran detail tentang suatu peristiwa. "Kuncinya jurnalis harus multitasking karena jika tidak, perannya akan digantikan oleh robot. Walaupun memang ada narasi mendayu-dayu yang tidak bisa dibuat oleh algoritma buatan ala robot," pungkasnya. Djauhar berpesan, agar Jurnalis masa kini mengikuti uji kompetensi wartawan dan menjadi jurnalis yang tidak malas membaca untuk membedakan mana yang benar dan salah. (fir/mad)

Sumber: