Sengsara di 75 th Negeri Kolam Susu
Oleh Arief Sosiawan Pemimpin Redaksi Hingga kini pandemi corona virus (Covid-19) belum mereda di negara ini. Progres mendapatkan vaksin pun belum bisa dibilang sukses. Terbukti hampir di seluruh pemerintah provinsi, kota, dan kabupaten masih banyak korban tercatat meninggal dunia. Padahal, seluruh potensi yang dimiliki negara sudah dimanfaatkan untuk melawan virus ini. Triliunan rupiah uang negara pun telah digelontorkan untuk melawan “teror virus” hingga ratusan, bahkan ribuan, program pembangunan yang direncanakan negara ini macet tidak memenuhi target yang ditetapkan. Kondisi negara menjadi memprihatinkan. Keresahan dan kebingungan masyarakat makin menjadi-jadi. Rakyat yang tidak memiliki cukup kekayaan kelimpungan menghadapi masa sulit yang terlihat menghiasi di semua sektor kehidupan. Tegasnya, pandemi Covid-19 terlihat dengan jelas telah menggerus kehidupan rakyat hingga ujungnya muncul ketidakpercayaan di antara masyarakat sendiri. Negara memang terlihat telah bekerja keras melawan virus ini. Bersama rakyat, semua kekuatan pemerintah dikerahkan. Keterliban TNI-Porli juga sudah dilakukan, meski capaian hasilnya belum terlihat maksimal hingga banyak tudingan dan cap gagal dilayangkan ke pemerintah. Wow. Lantas apa yang salah? Jawabannya sederhana. Pertama, negara ini kaya. Kedua, negara ini berdaulat. Ketiga, negara ini memiliki jati diri sebagai negara pemberani. Nah, melihat semua itu seharusnya negara ini dengan cepat mampu melawan Covid-19. Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki, tidak ada alasan berbulan-bulan pandemi ini mendera. Kenapa? sejujurnya catatan masa sulit negeri “kolam susu” tidak hanya terjadi saat ini. Dalam sejarahnya, ketangguhan negara ini teruji. Sudah berkali-kali tercatat mengalami kesulitan sejak merdeka pada 17 Agustus 1945, setelah Ir Soekarno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Pada era 1950-an masih ada beberapa negara meragukan negara ini merdeka. Pada era 1960-an hingga era 1970-an banyak negara memprediksi negara ini mengalami perpecahan akibat kisruh dalam negeri yang kala itu digerogoti paham-paham non-Pancasila. Pada era 1980-an sampai 1990-an juga begitu. NKRI mengalami kemerosotan kepercayaan publik akibat perilaku KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) terhadap pemerintahan kala itu. Sampai di era 2000-an negara ini pun tak pernah berhenti mengalami kesulitan yang secara umum mengguncang kekokohan dan kekuatan negara. Kini, setelah 75 tahun merdeka, tidak seharusnya negara Indonesia yang Senin (17/8) nanti merayakan kemerdekaan, melemah ketika menghadapi kesulitan menghadapi pandemi Covid-19 yang dibenak rakyat lebih dikarenakan akibat pengaruh faktor perpolitikan internasional.(*)
Sumber: