Kemiskinan Membuat Pergolakan Keyakinan hingga Temukan Kedamaian dalam Islam

Kemiskinan Membuat Pergolakan Keyakinan hingga Temukan Kedamaian dalam Islam

Tunggal Teja Asmara menunaikan salat Idulfittri tahun lalu bersama keluarga.--

Di usia belia, Tunggal sudah akrab dengan ritual peribadatan yang semula asing baginya. Gereja menjadi tempat bermain dan bahkan alasan untuk bolos sekolah. 

Kenyamanan yang ditawarkan membuatnya terlena, tanpa menyadari bahwa ia semakin menjauhi ajaran Islam yang seharusnya menjadi pegangan hidupnya. Pukulan telak datang saat ia tak naik kelas 5 SD karena sering mengikuti kegiatan gereja sore hari. 

BACA JUGA:Mualaf Demi Cinta, Natalia Fitri Januari Jalani Ramadan Pertama Setelah Menikah

Ejekan teman-teman membuatnya mempertanyakan keyakinan yang dianutnya saat itu. Titik balik dalam hidup Tunggal hadir melalui seorang teman SMP bernama Agus.

Tanpa paksaan, Agus menunjukkan kebaikan dan ketulusan yang membuat Tunggal kembali bertanya-tanya tentang Islam.

Rasa ingin tahu itu membawanya secara diam-diam mengikuti Agus untuk mondok di Pondok Pesantren Shiddiqiyyah, Losari, Jombang.

BACA JUGA:Melihat Lebih Dekat Proses Belajar Mualaf di Masjid Rahmat Kembang Kuning saat Ramadan

Di sanalah, Tunggal menemukan kedamaian dan mulai mempelajari Alquran serta ajaran Islam yang sesungguhnya.

Sekembalinya ke Surabaya dan melanjutkan pendidikan di STM 45 Jojoran, Tunggal memantapkan hatinya.

Pada Agustus 2001, ia secara terbuka mengikrarkan syahadat dan kembali memeluk Islam yang sempat ditinggalkan.

BACA JUGA:Masjid Rahmat Kembang Kuning Surabaya Jadi Pusat Pembinaan Mualaf

Namun, ujian kembali menerpa. Keputusannya menjadi muslim justru membuat keluarganya semakin menjauh.

Sang ayah yang selama ini bertahan, akhirnya mengikuti jejak sang ibu dan memeluk Kristen.

Kekecewaan mendalam dirasakan sang ayah, terutama ketika salah satu putri mereka menikah siri tanpa wali, membuatnya merasa Islam telah mengecewakannya.

BACA JUGA:Kisah Spiritual Abet Nicolaus dari Anak Pendeta Jadi Seorang Mualaf

Sumber: