Kehilangan Jati Diri hingga Menemukan Cahaya Islam Kembali

Anita Christiana.-Anwar Hidayat-
“Waktu itu saya masih belum benar-benar menjalankan Islam. Salat saya bolong-bolong, hijab pun belum saya pakai,” ungkapnya.
Perubahan besar terjadi pada 2017, ketika Anita memutuskan untuk menggunakan hijab. Meski begitu, ia mengaku bahwa perjalanannya menuju Islam yang kaffah masih penuh tantangan.
“Saya belajar sedikit demi sedikit. Bahkan, saya baru tahu ayat kursi itu ada di Surat Al-Baqarah ayat 255 beberapa bulan lalu,” katanya sambil tersenyum.
Kini, Anita merasa telah menemukan kedamaian yang sesungguhnya.
BACA JUGA:Kisah Spiritual Abet Nicolaus dari Anak Pendeta Jadi Seorang Mualaf
“Islam itu memberikan ketenangan, terutama saat kita jatuh. Saat tidak ada lagi tempat untuk curhat, kita bisa berserah kepada Allah,” ujarnya.
Keputusan Anita untuk kembali mengikrarkan syahadat pada 2025 menjadi momen penting dalam hidupnya. Proses syahadat yang dilakukan di Surabaya berlangsung sederhana namun penuh makna.
“Saya pikir proses mualaf itu akan sangat sulit. Ternyata, semudah itu. Saya datang, menjelaskan kondisi saya, lalu langsung dibimbing untuk mengucapkan dua kalimat syahadat,” kata Anita
Anita mengakui bahwa masa lalunya sebagai seorang murtad meninggalkan luka mendalam. Namun, ia menyadari bahwa terlalu lama larut dalam penyesalan hanya akan memperpanjang penderitaan.
“Ya, saya pasti menyesal. Tapi kalau kita terus berkutat di situ, kita tidak akan bisa bangkit. Hidup ini bukan cuma tentang masa lalu. Yang penting adalah bagaimana kita menjalani hari ini dan masa depan,” tegasnya.
Bagi Anita, pengalaman pahitnya menjadi pelajaran berharga untuk tidak hanya sekadar menjadi seorang muslim KTP.
“Saya ingin anak-anak saya tumbuh dengan pemahaman Islam yang benar. Saya tidak ingin mereka seperti dulu, hanya Islam di KTP saja,” tambahnya.
Setelah kembali mempelajari Islam dan merasakan indahnya Ramadan tahun ini, Anita memiliki harapan besar untuk dirinya dan orang-orang di sekitarnya.
“Harapan saya sederhana. Saya ingin orang yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesama. Minimal, saya bisa mengajarkan anak-anak saya nilai-nilai Islam yang benar. Kalau bisa lebih, saya ingin mengajak teman-teman untuk belajar Islam bersama-sama,” ujarnya.
Sumber: