Awas! Aksi Kejahatan Meningkat Jelang Nataru, Pengamat Minta Masyarakat Waspada
Prof Dr Oscarius Yudhi Ari Wijaya.-Alif Bintang-
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Jelang perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru), pengamat kepolisian Prof Dr Oscarius Yudhi Ari Wijaya meminta masyarakat untuk mewaspadai potensi tindak kejahatan di sekitar.
BACA JUGA:Waspadai Nataru, Bandit Curanmor di Surabaya Incar Matic
Di sisi lain, dirinya berharap kepolisian dapat memaksimalkan peran dalam menjaga kondusifitas selama momen Nataru. Oscar melihat bahwa diaktifkannya Operasi Lilin Semeru 2024 dapat menekan angka kriminalitas.
"Diperlukan kesadaran masyarakat untuk selalu waspada guna menghindari risiko menjadi korban kejahatan. Hal ini bisa diantisipasi dengan tidak bepergian seorang diri, terutama bagi perempuan. Lalu tidak menggunakan perhiasan yang berlebihan. Dan lebih baik di rumah jika tidak ada keperluan yang mendesak," katanya, Minggu, 22 Desember 2024.
Oscar menjelaskan, meningkatnya kriminalitas menjelang momen besar, baik itu saat Nataru, Hari Raya Idulfitri, dan perayaan budaya lainnya merupakan sebuah keniscayaan.
BACA JUGA:Polda Jatim Pastikan Tak Ada Penyekatan Libur Nataru
Berdasarkan perspektif kriminologi dari teori Strain (Merton, 1938) bahwa pada umumnya banyak orang yang bersenang-senang menjelang suatu perayaan. Akan tetapi di saat yang sama, ada pula sebagian orang yang tidak dapat melakukannya karena tekanan finansial.
"Di sini lah akan timbul tindak kriminal sebagai jalan pintas untuk mendapatkan uang," ungkap lulusan magister Kajian Ilmu Kepolisian Universitas Airlangga (Unair) ini.
Oscar mengapresiasi Polri yang sudah melakukan antisipasi kerawanan tersebut dengan mengadakan Operasi Lilin di penghujung 2024 dan awal tahun 2025.
BACA JUGA:Jelang Nataru, Ditpolairud Kerahkan 16 Kapal di Perairan Jatim
Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkoba, 3 C (curat, curas, dan curanmor), terorisme maupun pelanggaran lalu lintas.
Hanya saja, menurut Oscar, jumlah personel yang ada sangat terbatas dibanding dengan luasan wilayah yang harus diamankan serta hal-hal lain yang berada di luar jangkauan polisi. Sehingga angka kejahatan tidak dapat ditekan hingga nol, melainkan hanya bisa diminimalisir.
"Perlu diingat bahwa low crime it doesn't mean no crime. Kita percayakan keamanan pada Polri, namun sebagai masyarakat, kita pun harus berusaha untuk menutup setiap celah yang berpotensi mengundang terjadinya kejahatan," pungkas guru besar dari Akademi Sekretari dan Manajemen Indonesia (ASMI) Surabaya ini. (bin)
Sumber: