Luluk Kunjungi Pameran Transformasi Keris Nusantara, Ingatkan Peran Perempuan dalam Perkembangan Seni Budaya

Luluk Nur Hamidah--
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut 1, Luluk Nur Hamidah, menyoroti kontribusi perempuan dalam perkembangan sejarah dan seni budaya Indonesia. Penjelasan Luluk ini, disampaikan saat mengunjungi Pameran Transformasi Keris Nusantara di Surabaya.
“Posisi perempuan dalam perkembangan sejarah dan seni budaya selama ini jarang tersorot,” terang Luluk.
BACA JUGA:KH Ma'ruf Amin Bersama PKB Menangkan Luluk-Lukman di Jawa Timur
BACA JUGA:Gus Imin Ancam Pecat Kader PKB jika Tak Serius Menangkan Luluk-Lukman
Ia menyampaikan, budaya patriarki mempengaruhi minimnya catatan sejarah terhadap sumbangsih perempuan dalam mewarnai seni budaya, salah satunya penciptaan seni keris dan tosan aji.
“Karena memang ada aspek patriarki di dalam budaya kita, dan itu ternyata berpengaruh pada sedikitnya para mpu-mpu perempuan yang bisa dicatat oleh sejarah," kata Luluk.
Mantan Ketua Umum Kopri PB PMII ini, menegaskan peran perempuan dalam perkembangan sejarah harus digali lebih dalam. Khususnya keberadaan mpu-mpu perempuan dalam pembuatan keris.
"Ini menjadi PR kita semua untuk menggali lebih dalam lagi,” ujar Luluk.
BACA JUGA:Debat Pilkada, Luluk-Lukman Soroti Ketimpangan Penghargaan dan Realitas di Jatim
BACA JUGA:Debat Pilgub Jatim Kedua, Luluk-Lukman Siap Tata Kelola Transparan di Pemprov Jatim
Ia menambahkan bahwa hingga saat ini, hanya Empu Sombro yang tercatat sebagai mpu perempuan dalam sejarah. Luluk mempertanyakan apakah benar tidak ada tokoh perempuan lain yang turut berkontribusi dalam perkembangan seni keris Nusantara.
“Masa iya kita ini hanya punya Empu Sombro doang dari abad ke abad? Masa tidak ada mpu-mpu lain? Saya yakin mereka pasti ada,” lanjutnya.
Luluk berharap agar narasi sejarah ini dapat direkonstruksi ulang dengan membuka ruang lebih besar bagi pengakuan terhadap tokoh-tokoh perempuan. Ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama mengangkat peran perempuan yang selama ini terpinggirkan.
“Kita harus melihat kembali dan mengupayakan agar tokoh-tokoh perempuan yang memang sepatutnya dihargai, diakui keberadaannya dalam memperkaya seni, budaya, dan peradaban luhur kita,” tuturnya.
Sumber: