Dilanda Kekeringan, Petani di Pasuruan Dihantui Gagal Panen Lagi

Dilanda Kekeringan, Petani di Pasuruan Dihantui Gagal Panen Lagi

Petani jagung menunjukkan tanamannya yang mati akibat kekeringan.-Biro Pasuruan-

PASURUAN, MEMORANDUM - Kekeringan kembali melanda wilayah Kejayan, Kabupaten Pasuruan. Hampir puluhan tahun, beberapa desa di wilayah Kejayan mengalami Kekeringan saat musim kemarau tiba. Dampaknya, para petani dari tiga desa yakni, Kepuh, Lorokan, dan Kedung Pengaron, terus dihantui gagal panen

Para petani dari ketiga desa ini mengeluhkan minimnya pasokan air untuk irigasi lahan mereka. Mukhlis, seorang petani asal Desa Kepuh mengungkapkan, kondisi ini sangat mengkhawatirkan. 

BACA JUGA:Korsleting Mesin Cuci, Rumah Petugas PMK di Pasuruan Terbakar

“Sudah hampir 24 tahun kami mengalami kekeringan setiap terjadi musim kemarau. Tanaman seringkali layu, karena kekurangan air," keluh Muhlis, Rabu 14 Agustus 2024.

BACA JUGA:Gadaikan Mobil Rental untuk Bayar Utang, Bos Proyek Pasir Diadili

Menurut data yang dihimpun menyebutkan, ada ratusan hektare lahan milik petani dari ketiga desa tersebut. Dari data tersebut, tersebar 80 hektare lahan berada di Desa Kepuh, 45 hektare lahan di Desa Lorokan, dan 40 hektare lahan di Desa Kedung Pengaron. Ratusan hektare lahan ini mengalami gagal panen hampir setiap tahunnya. 

Padahal, jika kondisi normal, 1 hektare lahan jagung dapat menghasilkan 4 hingga 5 ton jagung. Namun, akibat kekeringan, hasil panen menjadi sangat minim, bahkan tidak sampai 1 ton.

BACA JUGA:Reskrim Polsek Purwosari Bekuk 2 Gangster Penganiaya Warga

H Ali Wafa, petani di Desa Kedung Pengaron, berharap pemerintah daerah dapat memberikan solusi atas permasalahan ini. 

"Kami sangat membutuhkan bantuan Pemda untuk mengatasi kekeringan yang terus berulang setiap tahun," ujarnya.

Meskipun kondisi alam sangat menantang, para petani di ketiga desa ini tetap berusaha untuk bercocok tanam. Komoditas yang sering mereka tanam, antara lain jagung, kacang hijau, dan padi (pada musim hujan). Namun, hasil panen yang diperoleh selalu jauh dari harapan, akibat kekurangan air.

BACA JUGA:Anggaran OPD Mitra Kerja Komisi A DPRD Jatim Bocor Halus

Untuk menggarap 1 hektare lahan, para petani rata-rata mengeluarkan biaya Rp 5 juta. Biaya produksi yang tinggi ini tentu menjadi beban tambahan bagi para petani yang sudah menghadapi kesulitan akibat gagal panen.

Para petani berharap pemerintah dapat menyediakan sumur bor atau infrastruktur irigasi yang memadai. Kendati sudah ada embung di wilayah Kejayan, namun embung ini tidak berfungsi maksimal. 

Sumber: