Judi Online Ancam Generasi Muda dan Keluarga, Pemprov Jatim Deklarasikan Gerakan Digital Sehat

Judi Online Ancam Generasi Muda dan Keluarga, Pemprov Jatim Deklarasikan Gerakan Digital Sehat

Kegiatan Deklarasi Jatim Anti Judi Online berlangsung secara daring dan diikuti oleh 20 ribu peserta.-Alif Bintang-

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) menyatakan perang terhadap judi online (judol) yang angkanya kian meroket dan merusak tatanan sosial.

BACA JUGA:Hari Jadi Bhayangkara Ke-78 Jadi Komitmen Polda Jatim Berantas Judi Online

Melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo), Pemprov Jatim menggelar Sosialisasi dan Deklarasi Jatim Anti Judi Online bertema Digital Sehat Tanpa Judi Online.


Mini Kidi--

Acara yang diikuti secara daring oleh sekitar 20 ribu peserta dari seluruh kabupaten/kota se-Jatim ini merupakan respons atas lonjakan kasus judol yang memprihatinkan. Bahkan kini dianggap sebagai darurat moral dan sosial.

Kepala Diskominfo Jatim, Sherlita Ratna Dewi Agustin, membeberkan data memilukan mengenai korban judol.

BACA JUGA:Pemkab Sidoarjo Ajak Semua Pihak Perangi Judi Online

“Data menunjukkan 71,6 persen pelaku judol berpenghasilan di bawah Rp 5 juta. Sebagian besar terjerat pinjaman online ilegal (pinjol ilegal). Ini seperti siklus yang tak ada habisnya antara judol dan pinjol ilegal," ungkap Sherlita, Jumat, 24 Oktober 2025.

Ia juga menyoroti peningkatan drastis jumlah pelaku judol di Indonesia, yang melonjak dari 3,7 juta orang pada 2023 menjadi 8,8 juta pada 2024.

BACA JUGA:Bupati Magetan Minta Pelajar Jauhi Narkoba dan Judi Online

Menurutnya, gerakan anti judol ini adalah gerakan moral dan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat.

Sementara itu, Ketua Komisi A DPRD Jatim, Dedi Irwansa, menegaskan bahwa deklarasi ini adalah upaya kecil untuk menjaga aset masa depan bangsa, yaitu anak-anak muda Jatim.

BACA JUGA:Polsek Tandes Ajak Warga Surabaya Aktifkan Siskamling untuk Cegah Curanmor dan Judi Online

"Ketika kita melihat datanya, ternyata dominan pengguna judol adalah anak sekolah dan mahasiswa. Ini sangat memprihatinkan," ujar Dedi.

Sumber:

Berita Terkait