Seks Sesama Lelaki Jadi Penyumbang HIV Tertinggi di Gresik pada Tahun 2025
Ilustrasi--
GRESIK, MEMORANDUM.CO.ID - Angka temuan Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Kabupaten Gresik pada 2025 masih didominasi oleh para penyuka sesama jenis dari kalangan laki-laki, alias homoseksual. Data tersebut mirip dari tahun-tahun sebelumnya.
Dari total 197 kasus HIV yang ditemukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Gresik pada 2025, faktor tertinggi masih dipengaruhi LSL (lelaki seks dengan lelaki). Persentasenya berada di angka 21,78 persen dari keseluruhan penyintas.
BACA JUGA:Surabaya Puncaki Kasus HIV di Jawa Timur, DPRD: Alarm Keras, Kita Tidak Boleh Menutup Mata Lagi

Mini Kidi--
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Gresik dr. Puspita Wardhani menyebut, pihaknya rutin melakukan penemuan HIV. Hal itu dijalankan melalui seluruh puskesmas dan program mobile voluntary counseling and testing (VCT).
Di tahun ini, kata Puspita, Dinkes telah melakukan tes pada 1.921 pasien dari populasi kunci. Di antaranya yakni ibu hamil, pasien tuberkulosis, penderita IMS, wanita pekerja seks, pengguna napza suntik, transgender, hingga warga binaan pemasyarakatan.
“Dari 197 kasus, rata-rata yang mengidap HIV adalah laki-laki (jumlahnya yakni) 67 persen. Faktor risiko px HIV yang paling banyak LSL (jumlahnya yakni) 21,78 persen,” ungkap dr. Puspita, Rabu 3 Desember 2025.
Selain menyasar populasi kunci, skrining tes HIV juga dilakukan terhadap populasi umum yang memiliki risiko tertular lebih rendah. Hal tersebut dilakukan melalui program cek kesehatan gratis (CKG) yang telah menyasar 244.118 warga dalam setahun.
“Untuk yang populasi kunci, kami melakukan tes 1 kali jika ditemukan populasi kunci baru. Penemuan kasus HIV baru tahun 2025 paling banyak di wilayah kota,” tuturnya.
Dirinya pun meminta masyarakat berinisiatif untuk melakukan tes secara mandiri jika terlanjur melakukan perbuatan yang beresiko tertular HIV. Tes tersebut sudah dapat dilakukan di seluruh puskesmas wilayah.
“Saat ini semua puskesmas dan rumah sakit sudah bisa menegakkan diagnosa HIV. Untuk faskes yang dapat memberikan terapi HIV ada di 14 puskesmas. Fasilitas ini rencananya akan ditambah di tahun 2026,” terangnya.
Dinkes mengajak masyarakat untuk turut mendukung para ODHA atau ODHIV, serta tidak melakukan diskriminasi. Publik diminta aktif mengakses pengetahuan HIV melalui media sosial resmi Dinkes atau Kementerian Kesehatan untuk menghindari penularan.
Sumber:



