Tidak berbeda dengan poin 3, penulisan dengan memperbanyak huruf di akhir kata memberikan kesan tertarik untuk melakukan percakapan. Salah satu cara yang umum adalah dengan memperbanyak huruf di akhir kata, seperti "iyaaa", "okeee", "apaa", dan sebagainya.
Penggunaan penulisan ini seringkali dianggap sebagai upaya untuk mengekspresikan emosi atau sikap positif dalam percakapan. Misalnya, mengubah "iya" menjadi "iyaaa" dapat memberikan kesan bahwa seseorang sangat setuju atau antusias terhadap topik yang dibicarakan. Begitu pula dengan mengubah "oke" menjadi "okeee", yang dapat menunjukkan persetujuan atau penerimaan yang lebih hangat.
Sebagian pengguna TikTok bahkan menyatakan bahwa perempuan cenderung "membaca" pesan teks dengan melihat gaya penulisan dan intonasi yang digunakan. Oleh karena itu, penggunaan huruf berlebihan di akhir kata dapat membantu menyampaikan nuansa yang lebih ramah, antusias, atau peduli dalam interaksi online.
5. Mengetik dengan tulisan yang seharusnya
Tidak dapat dipungkiri bahwa kesalahan dalam penulisan teks saat chatting dapat memicu perasaan tidak nyaman atau bahkan ilfeel pada lawan bicara. Penggunaan kata-kata yang disingkat atau disalahketik dapat memberikan kesan kurang serius atau kurang peduli dalam berkomunikasi.
Contoh yang sering terjadi adalah penggunaan singkatan seperti "iyh" yang seharusnya adalah "iya", "aq" yang seharusnya adalah "aku", atau "engak" yang seharusnya "enggak". Kesalahan semacam ini bisa menyebabkan kebingungan atau kesulitan dalam memahami pesan yang disampaikan.
Berdasarkan lima kriteria di atas dapat dilihat terdapatnya beberapa ketidaksesuaian dengan penulisan yang sedang berlaku. Misalnya adalah penulisan dengan menggunakan huruf kecil di awal kalimat. Perlu diketahui bahwa penulisan yang benar adalah menggunakan kapital di awal kalimat. Semoga poin satu bisa berubah menjadi penulisan yang sesuai dengan aturan yang berlaku, dan menjadi typing ganteng yang sesungguhnya. (mg12)