Oleh: Choirul Shodiq
Kali ini saya putuskan, bersama jemaah ke Makkah naik bus. Tidak seperti tahun lalu.
Pada 2023 lalu, jemaah Memorandum, jumlahnya sekitar 40 orang. Sebagian naik kereta cepat, dan sisanya naik bus.
Yang naik kereta cepat, sekitar 15 orang. Sisanya ikut rombongannya Mas Wawan, yang saat itu sebagai pemimpin redaksi Memorandum.
Sedang saya bersama Mas Bajuri, mengawal rombongan di kereta cepat. Mas Bajuri ini adalah pemilik Travel Bakkah, yang membawa jemaah.
Kami ingin mencoba kereta, yang punya kecepatan sekitar 300 km/jam itu. Meski setiap orang, harus merogoh kocek tambahan sekitar Rp 1,4 juta.
Kok mahal ?
Ya.
Jika pesan tiketnya sejak jauh hari, bisa hanya sekitar Rp 800 ribu, atau Rp 900 ribu.
Mereka tidak ambil pusing, dengan Rp 1,4 juta. Yang penting bisa merasakan sensasi perjalanan yang tenang, dan cepat di dalam kereta Haramain Express.
BACA JUGA:Catatan Bersama Dahlan Iskan ke Tanah Suci (12) - Wisata Pohon Kurma
BACA JUGA:Catatan Bersama Dahlan Iskan ke Tanah Suci (11) - Khandaq dan Jabal Uhud
Sayang, saat itu jadwal keberangkatan keretanya sudah lepas senja. Sehingga tidak bisa melihat pemandangan gurun pasir, dan bukit bukit cadas.
Hanya samar samar masih bisa terlihat pemandangan, di balik jendela.
Kereta Haramain High Speed (Haramain Express) itu, melesat sangat cepat.
Jarak Madinah ke Makkah, hanya butuh waktu sekitar 135 menit. Jika harus naik bus, dibutuhkan waktu sekitar 6 jam.
Pertimbangan memilih naik bus, kali ini busnya sangat istimewa.
Di dalamnya dilengkapi meja makan, dan duduknya bisa berhadap hadapan. Cocok untuk satu keluarga. Nyaman.
Pertimbangan lain, barang bawaan jemaah, yang bertambah.
Terlebih harus ke distrik Al Hadra, yang jaraknya masih sekitar 10 km dari hotel.
BACA JUGA:Catatan Bersama Dahlan Iskan ke Tanah Suci (10) - Pesona Masjid Qiblatain
BACA JUGA:Catatan Bersama Dahlan Iskan ke Tanah Suci (9) - Pesona Masjid Quba
Barang barang bawaan yang banyak, di koper besar itu, tidak bisa masuk kereta.
Saya perhatikan, sepulang dari city tour, banyak jemaah, membawa tas tentengan.
Mereka pada memborong oleh-oleh. "Mumpung masih ada sisa Real," seloroh mereka memberikan alasan, setelah berbelanja di Madinah.
Mereka kini lagi, berkemas, meninggalkan kota Madinah. Melaksanakan ibadah umrah, ke tanah suci Makkah.
Waktu tinggal di Madinah, hanya beberapa hari. Terlebih, untuk jemaah yang mengambil paket 9 hari. Hanya 3 hari di Madinah.
Beda, dengan mereka yang mengambil paket, di atas 9 hari. Bisa lebih lama tinggal di Madinah.
Bahkan jemaah haji, bisa 8 hari atau lebih di Madinah. Mereka bisa melaksanakan salat arbain berjemaah di Masjid Nabawi.
Salat arbain adalah salat berjemaah di masjid Nabawi. Dijalaninya bersama imam rawatib, sebanyak 40 waktu.
Untuk melaksanakan itu, perlu waktu tinggal minimal 8 hari, di Madinah. Atau lebih.
BACA JUGA:Catatan Bersama Dahlan Iskan ke Tanah Suci (8) - Berpisah dengan Dahlan
BACA JUGA:Catatan Bersama Dahlan Iskan ke Tanah Suci (7) - Ziarah Makam Nabi
Sedang jemaah umrah, sedikit sekali yang bisa tinggal lebih 8 hari. Namun tetap ada juga beberapa travel, yang menyediakan paket arbain.
Paket umrahnya harus lebih dari 10 hari. Mereka mengejar fadilahnya arbain, karena berpatok pada sebuah hadist. Akan terhindari dari api neraka dan adzab, bila melaksanakan salat arbain, secara berjemaah.
Hadist tersebut masih jadi perbincangan, di kalangan ulama. Ada yang menyebut tetap boleh dilakukan, karena berupa amalan, dan bukan menyangkut hukum.