Sampai di tempat penjagaan, sekitar 50 meter, dari makam Baqi’ , tasreh ditunjukkan ke muasasa. Kita lalu dipersilahkan duduk di tempat tunggu. Petugas kebersihan, sesekali menawarkan air zam zam.
Namun banyak yang menolaknya. Takut menahan kencing. Karena masih harus beberapa waktu lagi menunggunya. Sambil menunggu, jamaah ada yang shalat. Ada juga yang bercengkrama dengan sesama.
Saat sebelum covid, ke Raudhah, antrinya lewat beberapa kali penyekat. Sambil berdiri, dan berdesak desakan.
Kala itu, saya hitung ada tiga penyekat, terbuat dari bahan vanil, yang sangat tebal. Sehingga tidak mudah sobek, meski didorong oleh puluhan jamaah
Jamaah yang ada di penyekat ke satu, menunggu jamaah di Roudhah kosong, baru boleh masuk. Sedang di penyekat kedua, baru masuk ke penyekat kesatu, menunggu kosong. Dan seterusnya.
Sekarang tidak ada lagi sistem sekat menyekat sambil berdiri dan berdesak desakan.
Begitu Roudhah kosong dari jamaah, kami yang antri dipersilakan masuk, lewat pintu masjid bagian timur. Berjalan atau berlari, menuju karpet hijau, lewat belakang makam Nabi.
Dahlan Iskan dan Choirul Shodiq--Luas areal karpet hijau sekarang ditambah. Jika dulu hanya sebatas rumah Nabi, sampai mimbar. Sekarang diolor, ditarik gari lurus, dari mimbar, sampai belakang makam Rasululla.