BATU, MEMORANDUM-Sejak terjadinya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tahun lalu yang menyerang sapi perah berdampak pada pasokan. Sebelumnya bisa memasok susu segar ke pihak produsen atau perusahaan pengolahan susu hingga 10 ribu liter perhari, sampai masa pemulihan kini berkurang hingga 50 persen. Kini, sapi perah yang dirawat warga setempat sekitar 1.200 ekor mulai dari yang usia anak-anak sampai yang sudah mampu produksi susu.
Ketua Koperasi Margo Makmur Mandiri Muhammad Munir mengakui meskipun pada dasarnya harga perliter susu segar yang disetorkan ke pabrik pengolahan susu masih tetap, tidak ada kenaikan maupun penurunan, tetapi kebutuhan sebenarnya meningkat apalagi di bulan Ramadan ini.
“Memang di sini kekurangan bahan baku susu segar yang dikirimkan ke pabrik pengolahan susu. Selama ini, perhari 5 ribu liter. Nah, dari 1.200 ekor populasi sapi sekitar 350 sampai 400 ekor sapi yang memproduksi susu," terangnya, saat berada di kandang sapinya, Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Kamis 21 Maret 2024.
BACA JUGA:Dinkes Kota Batu Sidak Pasar Takjil Ramadan
Kalau standar minimal yang dibutuhkan oleh perusahaan pengolahan susu, menurutnya sebenarnya masih kurang yang artinya berpeluang besar untuk penambahannya. Seperti, diawal sebelum terjadinya PMK bisa mencapai 10 ribu perhari per liter.
BACA JUGA:Terduga Pelaku Penyalahgunaan Narkoba di Simpang Empat Sidotopo, Hasil Tes Urine Positif
“Yang jelas perusahaan peluangnya semakin lebar apalagi bulan Ramadan ini. Karena permintaan konsumen meningkat. Kalau kita 10 ribu perliter dalam sehari semakin bagus," ujar Munir seraya menyebutkan wilayah di Kota Batu sangat bagus untuk memiara sapi perah.
Munir menyebutkan keberadaan sapi perah di dusunnya menjadi penopang kehidupan warga sehari-hari. Apabila dilihat kebutuhan sapi dari rumput untuk makanannya tidak pernah membeli. Hanya konsentrat untuk vitamin sapi yang membeli.
Kualitas lemak susu yang dihasilkan sapi perah hingga saat ini total solid (TS) masih di atas 12 persen. Lalu, protein di atas 2,9 persen. Artinya ini juga bisa dilihat hasil produksi susu itu rendemen keju masih banyak.
“Yang jelas kami optimis bisa mengejar kebutuhan pabrik pengolahan susu meski hingga selesai bulan Ramadan. Makanya sekarang populasi sapi di dusun kami dikembangkan supaya produksi meningkat untuk menjadi pionir. Meski masih kebayang-bayang PMK beberapa waktu lalu. Karena susu menjadi sumber perekonomian utama masyarakat dusun sini,” terangnya. (put)