Marhaban Ya Ramadan. Bulan penuh berkah dan ampunan tinggal hitungan hari. Menariknya, Ramadan tahun ini tiba di tengah hiruk pikuk perpolitikan Indonesia.
Di tengah kontestasi politik yang memanas. Penghitungan suara manual pemilu masih berlangsung. Karut-marut. Silang pendapat masih terjadi.
Hak angket hingga pemakzulan presiden menjadi bola liar. Semua kubu seolah paling benar. Hingga harga beras yang naik tinggi seolah hanya ilusi.
Di era digital ini, muncul satu lagi kekhawatiran. Ramadan akan tercoreng oleh maraknya informasi hoaks dan ujaran kebencian via media sosial. Medsos saat ini bisa dibilang tanpa firewall. Apa saja bisa masuk dan tiba-tiba jadi trend. Untungnya, medsos juga punya kecenderungan cepat viral dan cepat juga hilang.
Tapi tentu saja, hoaks bisa mengurangi indahnya Ramadan yang jadi dambaan semua umat muslim di penjuru dunia.
Terlebih, hoaks dan ujaran kebencian yang disebarkan oleh para pendukung paslon baik 01, 02, dan 03 yang hingga saat ini masih panas. Imbasnya, suasana Ramadan yang seharusnya damai dan penuh toleransi jadi berapi-api.
Perpecahan dan polarisasi di masyarakat juga berpotensi mengganggu stabilitas nasional. Gawat! Ya bukan saja gawat tapi bisa dikategorikan status waspada.
Karena itu, penting bagi semua pihak untuk menahan diri dan tidak menyebarkan hoaks di medsos. Menahan diri untuk terlibat dengan dosa jariyah.
Bijaknya, gunakan medsos untuk menyebarkan informasi yang positif dan bermanfaat. Hindari menyebarkan informasi yang dapat memicu perpecahan dan kebencian.
Fokus pada ibadah dan meningkatkan keimanan adalah jalan terbaik. Jangan terbawa suasana politik yang memanas dan terpancing menyebarkan hoaks demi kepuasaan sesaat.
Mari kita bersama-sama menjaga kesucian bulan Ramadan. Ciptakan suasana Ramadan yang damai, penuh toleransi, dan penuh dengan keberkahan.
Menjaga ketenangan hati dan pikiran dan membuang jauh-jauh pikiran yang menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran.
Dengan menahan diri dari hoaks, kita dapat menjaga ketenangan hati dan pikiran agar lebih fokus pada ibadah.
Mari jadikan bulan Ramadan tahun ini sebagai moment untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Pilihan boleh beda. Silang pendapat harus dijadikan sebagai keragaman. Unity in Diversity adalah suatu keniscayaan yang sudah diakui dunia. Bhineka Tunggal Ika, berbeda tetapi satu kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Harga mati! Jangan hanya jadi slogan.
Saatnya pembuktian. Bersama mewarnai indahnya Ramadan. Tanpa perang urat. Tanpa kebencian demi terciptanya Ramadan yang damai, penuh toleransi, dan penuh dengan keberkahan. Ramadan adem jadi dambaan kita semua. Semoga. (*)