SURABAYA, MEMORANDUM - Aksi oknum pesilat yang mengeroyok 2 pemuda yang berfoto di Jalan Tunjungan membuat resah masyarakat. Gegara salah paham dan mengira korban memvideo aksi konvoi perguruan silat tersebut.
Menurut Muhammad Rizal (27) warga Kalimas Barat, Surabaya, melihat aksi gerombolan pesilat yang main hakim sendiri, ia merasa takut dan ngeri.
BACA JUGA:Gerombolan Pesilat di Surabaya Lukai Warga, Praktisi: Perlu Dijerat Hukum agar Jera
"Saya ingin ada ketegasan dari pihak perguruan silat (ketua umum) bagi anggotanya yang membuat resah dan onar. Bisa dengan mencabut keanggotaan bila membuat masyarakat takut dan resah," kata Rizal.
Ia pun juga merasa apabila kelompok pesilat yang bergerombol melakukan konvoi dirinya merasa cukup was-was. Takutnya hal yang terjadi pada Minggu, 14 Januari 2024 bisa terjadi padanya.
"Dilihat sebagai gangster juga bukan. Tapi aksinya agak membahayakan juga walapun tidak sampai membawa sajam seperti gangster," ujarnya.
BACA JUGA:2 Warga Gayungan Dikeroyok Gerombolan Pesilat yang Konvoi di Jalan Gubernur Suryo
Ia pun memberikan contoh apabila salah satu pesilat memiliki dendam dengan pesilat yang lain, khawatirnya akan ada aksi balasan yang mana bisa saja salah sasaran (bukan pesilat) yang menjadi korban.
"Takutnya ada salah sasaran. Tiba-tiba langsung hajar saja padahal korban tidak tahu apa-apa," pungkasnya.
Sementara itu Dedy (45), warga Kendangsari, Surabaya, mengatakan bahwa ia sangat tidak setuju adanya pesilat di wilayah Surabaya dan sekitarnya.
"Apalagi kalau ada kelulusan (sasahan). Selesai sasahan biasanya konvoi-konvoi yang bisa membuat adanya gesekan dengan masyarakat," katanya.
Dedy menginginkan bahwa pesilat agar dibubarkan saja. Karena lebih banyak hal negatif dari pada positifnya.
"Setahu saya, di media sosial (medsos) yang membuat ramai atau gaduh itu bocil-bocil. Anak yang masih bayi (anak kecil) masih SMP ini yang banyak bikin ramai," ungkapnya.
Lebih lanjut, bahwa menurutnya gerombolan konvoi pesilat ini tidak sama dengan gangster yang menggunakan senjata tajam untuk melukai bahkan membunuh.
"Ini bukan kayak gangster, tapi lebih kayak gerombolan arek sing golek ramai. Tujuan mereka hanya untuk gagah-gagahan, sok-sokan karena banyak teman," pungkasnya. (*)