JEMBER, MEMORANDUM - Ketua Pimpinan Kordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PKC PMII) Jawa Timur, Baijuri mengimbau mahasiswa untuk tidak menjadi provokator politik hitam.
Imbauan tersebut disampaikan Baijuri menanggapi aksi mahasiswa Universitas Darul Ulum (Unisda) Lamongan yang membagikan pamflet tolak pelanggaran HAM dan Politik Dinasti pada Kamis 11 Januari 2023.
"Sebagai middle class dalam kontestasi politik, mahasiswa harus mengawal suksesi pemilu dengan damai. Aksi yang dilaksanakan di Lamongan berakibat negatif terhadap harmonisasi pemilu," kata Baijuri kepada memorandum dalam rilis tertulisnya.
Lebih lanjut, Baijuri menjelaskan bahwa mahasiswa seharusnya menjadi jembatan bagi masyarakat lapisan bawah dalam mengampanyekan pemilu damai. Bukan malah menjadi provokator yang mengakibatkan masyarakat terpecah belah.
BACA JUGA:PMII Tuntut Bupati Malang Aktifkan Kembali PBID dan Copot Kadinkes
"Kedamaian dan keharmonisan dalam menghadapi pemilu harus dikawal betul, karena ini merupakan fungsi control mahasiswa. Selain itu, gerakan mahasiswa seperti halnya di Lamongan akan menimbulkan mudharat bagi perjalan demokrasi bangsa," jelasnya.
Menurut Baijuri, nalar wasathiyah penting dimiliki mahasiswa dalam menghadapi tahun politik. Menjaga netralitas dan mengawal proses demokrasi demokrasi merupakan visi kemaslahatan.
"Nalar moderat dalam manhajul fikr bagi mahasiswa harus terkontekstualisasikan di tahun politik ini. Mahasiswa punya peran menjadi juru damai dalam menghindari titik tengkar. Mari hindari mafsadat dengan tidak melakukan kampanye hitam dan mengambil jalan maslahat dengan menciptakan pemilu damai," jelas Baijuri.
Baijuri berharap, mahasiswa dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam menghadapi tahun politik. Mahasiswa dapat menjadi jembatan bagi masyarakat dalam menciptakan pemilu yang damai dan bermartabat.(edy)