SURABAYA, MEMORADUM-Podcast Memorandum TV kembali hadir di awal tahun 2024. Untuk menambah semangat, Selasa, 2 Januari 2024, kedatangan tamu Hamin Prastian atau karib disapa Hamin Gimbal. Pria yang dulu menjadi dirijen (capo) di Stadion Tambaksari ini begitu mencintai Persebaya.
Dia juga menjadi saksi Green Force Persebaya juara Liga Indonesia pada 2004 silam. Podcast bersama Hamin Gimbal bisa disaksikan di YouTube MemorandumTV, Rabu, 3 Januari 2024 mulai pukul 16.00.
“Yang terpenting itu adalah bagaimana mencintai Persebaya dari hati. Siapa saja. Baik suporter, manajemen dan lebi-lebih pemain,” ungkap Hamin yang kini bekerja di salah satu coffe shop kawasan HR Muhammad itu. Ia menilai, salah satu faktor Persebaya terpuruk adalah kurangnya mencintai Persebaya dari hati.
BACA JUGA:Utak-atik Poin Persebaya di Laga Sisa, Salah Taktik dan Strategi Bisa Tergelincir
“Bagaimana caranya, ya Persebaya harus dekat dengan suporter. Sekarang banyak suporter yang tidak tahu dimana mes Persebaya. Kalau dulu kan jelas, mes di Karang Gayam. Setiap sore ketika latihan pasti suporter berjubel nonton. Itu bentuk kecintaan suporter yang membuat Persebaya kuat,” bebernya.
BACA JUGA:Didenda Komdis Rp 220 Juta karena Suporter Manyalakan Flare, Persebaya Ajukan Banding
Hamin dalam podcast yang dipandu host Eko Yudiono juga mengenang daya magis Stadion Gelora 10 Nopember, Tambaksari. “Istilahnya ada nyoninya. Jangan lawan ketika main. Mau pemanasan saja lawan sudah keder. Itu salah satu magis Tambaksari yang akhirnya menjadi saksi bisu perjalanan Persebaya juara,” urai Hamin.
Nah, harapan Hamin, ketika Persebaya saat ini terpuruk, manajamen, pemain dan suporter tidak berhenti mendukung Persebaya. “Pemain juga harus bangga dengan lambang di dada Persebaya. Ingat, di luar banyak sekali pemain yang ingin memakai jersey Persebaya. Mereka antri untuk bisa mengenakan jersey Persebaya. Karena itu, pemain Persebaya harus lebih semangat lagi ketika bermain,” ungkapnya.
Di bagian akhir, Hamin juga menyebut rivalitas antarsuporter adalah bumbu penyedap dalam kompetisi sepakbola. “Kalau nggak ada rivalitas rasanya kurang bergairah dan semangat. Di luar negeri rivalitas antarsuporter tetap ada. Namun, dalam konteks positif. Karena itu saya berpesan sekali lagi kepada adik-adik, mas-mas, mbak-mbak, cacak-cacak. Jangan berhenti mencintai Persebaya. Cintai Persebaya dengan hati. Mudah-mudahan Persebaya bisa paling tidak naik ke papan atas. Salam Satu Nyali, Wani!,” tutup Hamin. (ono)