"Saya sendiri gak ngefek karena rejeki. Jadi saya lebih pelanggan sama penjulaan toko. Dari dulu saya gak jual online. Gak nututi. Apalagi pasar turi masih sepi,"imbuhnya.
Ia juga mengaku bahwa pedagang pernah mengikuti pelatihan digiltalisasi. Namun, pedagang juga tidak setuju dengan hal itu.
"Kalau saya dibilang ada gak setujunya lebih suka penjualan nyata. Kadang beli online barang tidak sesuai apa yang dibeli,"pungkasnya.
Mengenai beroperasinya kembali TikTok Shop, Pemkot Surabaya pun meminta pedagang toko offline menyesuaikan perkembangan digitalisasi usai TikTok Shop dibuka kembali.
Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meminta setiap pasar tradisional, pusat belanja mall maupun grosir memang tetap ada, namun tidak bisa memaksa bertahan jika enggan mengikuti zaman.
“Pemasaran tidak hanya di lakukan di tempat saja (onffline), tapi di dunia maya (media sosial) kita juga bisa berjualan," kata Eri.
Terkait TikTok Shop yang kembali beroperasi, Eri mendorong agar setiap pedagang tetap harus mulai belajar menjual lewat online agar mengimbangi penjualan secara offline.
“Pedagang (offline) harus mulai belajar jualan di online. Biar merambah ke seluruh pelosok daerah. Supaya semua bisa mengakses (beli). Karena kalau ranahnya sudah digital itu tidak bisa ditinggalkan,” ujarnya.
Meski begitu, Pemerintah Kota tetap mencarikan solusi, dengan melatih para pedagang memanfaatkan gadget dan sosial media atau online shop.
“Cara menjaga melatih mereka, menyampaikan agar menjual program yang mereka miliki,” pungkasnya.
Sementara perlu diketahui, TikTok Shop resmi mengumumkan buka kembali tepat di-Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) per kemarin, Selasa, 12 Desember 2023 usai bermitra dengan GoTo. Proses belanja, masih sama seperti sebelumnya, langsung checkout tanpa perlu aplikasi tambahan. (alf)