Mengaku STNK, Bercinta vs Mantan Pacar SMA di Dalam Mobil
Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya
Tepat pukul 00.07, 1 Januari 2020 lalu, HP Memorandum berdering. Dari seorang perempuan. Dia mengaku bernama Susana (agak dipelesetkan), berusia 49 plus, janda. Suaranya renyah. Krispi.
Susana minta maaf karena membangunkan Memorandum dengan panggilan HP-nya. “Aku terpaksa. Pesawat terbang tiga jam lagi dan nomor ini beserta HP-nya akan aku buang,” kata Susana.
Dia mengaku sudah berusaha menelepon sejak sekitar pukul 23.00-an, namun tidak ada respons. “Maaf. Aku menelepon panjenengan dengan harapan kisah kami dimuat di Memorandum agar dibaca Mas Gondo (nama sebenarnya sesuai dengan permintaan Susana, red). Mas Gondo selalu membaca rubrik Sejuta Kisah Rumah Tangga di Memorandum.co.id,” katanya.
Dengan masih agak mengantuk Memorandum bertanya, “Ada apa ini sebenarnya? Mbak Susana ini siapa? Mas Gondo itu siapa? Aku masih bingung.”
Susana terdengar mengambil napas panjang. “Maaf terlalu tergesa-gesa. Kami adalah teman sekolah sewaktu SMA di Lamongan. Suamiku sudah meninggal, tapi istri Mas Gondo masih ada. Guru. Sampai sekarang masih mengajar.”
Susana diam agak lama. Sepi.
“Lantas?” tanya Memorandum agak ogah-ogahan. Maklum, masih mengantuk sepulang menghadiri walimahan tetangga yang punya gawe menikahkan putri sulungnya.
“Aku ingin pamit kepada Mas Gondo. Juga minta maaf kepada istrinya, Indasah, karena suaminya sempat aku palingkan.”
Kembali Susana diam agak lama. Sepi kembali berkuasa atas kami. Tapi, kali ini Memorandum enggan bertanya. Selain masih mengantuk, juga merasakan cerita Susana tidak bakalan menarik. Cerita ombyokan. Pasti dia bakal menceritakan perselingkuhannya dengan mantan pacar semasa di SMA pasca bertemu di acara reuni. Kuno.
“Panjengan masih mengantuk ya?” tanyanya. Tentu saja Memorandum menjawab tidak. Sungguh tidak profesional andai Memorandum mengiyakan pertanyaan itu. Cuma, dalam hati tersenyum, “Jangkrik, konangan.”
Menurut Susana, sebenarnya tidak tapat kalau dikatakan dia memalingkan Gondo dari Indasah. Yang lebih tepat: mereka sama-sama khilaf sehingga melakukan sesuatu yang tidak pantas dilakukan seorang lelaki vs perempuan bukan mahrom.
“Yang teakhir, kami melakukan di dalam mobil di sela reuni,” aku Susana, yang menjelaskan bahwa dia, Gondo, dan Indasah adalah teman sekelas.
“Kami termasuk STNK ya?” tanya Susana.
“STNK? Maksudnya?”
“Sudah tua nakal kembali,” kata Susana, kemudian tertawa. Memorandum tidak merespons. Susana lantas minta maaf. “Maaf, nggak lucu ya?” tanya dia.
Mendengar itu, sebenarnya Memorandum tertawa dalam hati. Wkwkwk. Bisa saja perempuan ini. Memorandum spontan membayangkan wajah bintang film komedi Indonesia yang justru terlihat tegang kala melucu. Berbanding terbalik dengan anggota dewan. (bersambung)