Asma Kambuh Bersamaan dengan Pendarahan Hebat
Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya
Niat Udin melamar Muniah ternyata tidak main-main. Rencana itu dimatangkan dalam rapat keluarga besar Udin. Ayahnya, Hayong, hanya tut wuri handayani.
Harapan Hayong tidak bertepuk sebelah tangan. Walau didasari kekhawatiran-kekhawatiran, Muniah menyatakan menerima lamaran Udin. Pembicaraan itu dilakukan beberapa minggu pasca kematian Untung.
Lamaran resminya dan pernikahan menunggu kelahiran bayi dan masa iddah Muniah. Masih sangat panjang. Pada rentang waktu tadi, Udin mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya.
Bukan hanya persiapan dirinya sendiri, Udin sangat concern memperhatikan tumbuh kembang bayi dalam kandungan Muniah dan kesehatan calon istrinya itu. “Udin terlihat sangat bahagia. Semua yang aku ceritakan tadi dilakukan Udin dengan gembira,” kata Hayong via telepon WA.
Udin adalah anak kedua Hayong dengan istrinya, sebut saja Nur Hayati. Anak ketiga mereka, Nursiam, bekerja sebagai pilot. “Udin berencana menikah di Masjid Al-Haram,” imbuh Hayong.
Pembicaraan Memorandum vs Hayong tadi terjadi pada Jumat (8/11) pagi. Tiba-tiba Hayong terburu-buru minta izin memutskan sambungan. “Sori Yul. Ada yang penting,” katanya.
Sekitar lima menit kemudian telepon WA Memorandum kembali berdering. Dari Hayong. “Maaf. Tadi aku ditelepon Udin. Dia dikabari Muniah terjatuh di kamar mandi. Sekarang sedang dibawa ke rumah sakit.” Sambungan diputus lagi. Tidak ada kabar selanjutnya.
Baru Jumat sore Hayong mengabari lagi bahwa Muniah keguguran. Saat itu Udin yang baru selesai mengikuti seminar pendidikan vokasi di semarang sedang dalam perjalanan pulang.
Keesokan harinya, 9 November 2019, tepat Maulid Nabi Muhammad shollahu alaihi wassalam, HP Memorandum berdering. Masih pagi. Sekitar pukul 04.15. Bukan dari Hayong, melainkan dari Udin.
Dia mengabarkan bahwa Muniah telah tiada. Asma yang sudah lama dideritanya ternyata kambuh bersamaan dengan pendarahan hebat saat keguguran. Innalillahi wainnailaihi rojiun. (habis)