Beban Mental Seorang Suami Pasca Kecelakaan (3-habis)

Kamis 30-06-2022,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Fadil memutar balik kursi rodanya dan hendak pamit, tapi diurungkan. Dengan ragu dia berniat bertanya. Ini tampak dari bibirnya yang komat-kamit. Pengacara berkumis tipis tersebut tampaknya membaca keraguan di hati Fadil. Ia segera berkata. “Mas Fadil tidak usah tahu isi surat itu. Berikan saja kepada Mbak Tunik dan tunggu reaksinya,” kata si pengacara, sebut saja Win. Fadil pun memberi isyarat keponakannya yang menunggu dengan duduk-duduk di motor. Fadil memang diantar keponakan. Fadil dibopong setelah kursi rodanya dilipat, kemudian didudukkan di kursi belakang motor yang sudah dimodifikasi. Jujur saja Memorandum penasaran apa isi surat yang dibawa Fadil untuk istrinya. “Isinya apa Bos?” tanya Memorandum. Pengacara tadi tersenyum. “Hanya kalimat singkat. Panggilan untuk menemui saya.” “Hanya itu?” “Ya, kalau memang Mbak Tunik memang ingin selingkuh dan sudah tidak sayang kepada Mas Fadil, dia akan datang kemari. Kalau dia masih sayang kepada Mas Fadil, dia akan mengabaikan isi surat itu. Kita tunggu saja.” “Kalau menurut sampiyan, kira-kira gimana tanggapan Mbak Tunik?” “Dia tidak akan kemari. Dia itu sejatinya masih sangat sayang kepada suami.” “Lantas, keinginan untuk selingkuh?” “Saya tidak tahu. Kalau Mbak Tunik sudah tidak sayang kepada Mas Fadil dan benar-benar ingin selingkuh, dia pasti sudah melakukannya dulu-dulu. Tidak usah minta izin.” “Faktanya Mbak Tunik minta izin.” “Ada satu kemungkinan. Yaitu, Mbak Tunik bertemu seseorang berkantong tebal yang mengajaknya bermain api. Karena itulah Mbak Tunik menjanjikan modal usaha besar apabila diizinkan selingkuh.” Pengacara tadi diam sejenak sebelum melanjutkan bahwa ada kemungkinan yang berduit itu orang dekat Tunik. Bisa mantan teman sekolah, teman kerja, atau bahkan tetangga. Pengacara tadi menambahkan, seandainya memiliki landasan iman yang kuat, tidak mungkin Tunik berani mengucapkan sesuatu yang tidak senonoh itu kepada sang suami. “Tidak senonoh?” “Sangat tidak senonoh. Permintaan izin itu sangat menyakitkan bagi lelaki. Untung Mas Fadil masih bisa menjaga hati. Bagi orang tertentu, urusan seperti ini amat berat risikonya. Nyawa.” “Untung mereka saling sayang.” “Ya.” Untuk memastikan apakah Fadil dan Tunik memang saling menyayangi. Bila sampai satu-dua minggu Tunik dan Fadil tidak muncul lagi di kantor pengacara tadi, berarti mereka memang saling sayang. Pada hari ke-17 setelah Fadil menyerahkan surat pengacara kepada Tunik, Fadil muncul. Dia mengucapkan terima kasih kepada pengacara yang jago mendamaikan pasangan yang hendak bercerai ini. (jos, habis)    

Tags :
Kategori :

Terkait