Malang, Memorandum.co.id - Salah satu profesor yang dikukuhkan Universitas Brawijaya, Dr. Eng, Moch. Agus Choiron, ST., MT memaparkan “Rekayasa Desain Hexagonal Crash Box Untuk Short Crushable Zone Dengan Simulasi Komputer”. Sebuah perangkat keselamatan kendaraan dengan tingkat keselamatan yang baik saat terjadi tabrakan. Sangat dibutuhkan, khususnya arah frontal. Terletak di antara bumper dan frame. Sebagai penyerap energi impak, ketika terjadi tabrakan. "Model desain, panjang crash box 120 mm. Dengan simulasi komputer. Telah dilakukan secara efektif, pada metal gasket. Keunggulannya, mempercepat pengembangan, dengan pengurangan trial and error. Kelemahanya, adalah tantangan kompleksitas bentuk desain. Sehingga diperlukan proses manufaktur yang presisi untuk memproduksi prototypenya,” terang Prof. Agus Choiron. Pembuatan Crash Box dilatarbelakangi perkembangan jumlah kendaraan yang sangat tinggi. Khususnya pada segmen mobil penumpang. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah mobil penumpang mengalami peningkatan sebesar 6,1% dengan jumlah sebanyak 15.592.419 unit pada tahun 2019 (BPS-Statistic, 2019). Sayangnya peningkatan tersebut berbanding lurus dengan tingginya angka kecelakaan di Indonesia, yang mencapai 116.411 kasus dan cenderung meningkat sebesar 4.87% pada tahun 2019. "Rekayasa desain, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pada mobil berjenis MPV. Merupakan kendaraan yang paling laku di Indonesia. Memiliki short crushable zone sehingga panjang crash box didesain 120-150 mm," pungkasnya. Sementara itu, Prof. Yusuf Hendrawan menyampaikan orasi tentang system pengembangan pertanian presisi di era revolusi industri 4,0. Ia merumuskan pengukuran objek pertanian Intelligent Bio-Instrumentation System (IBIS). Sebuah metode pengukuran melalui analisis gambar digital. Menggunakan perangkat lunak berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence). "Keunggulan IBIS, tidak merusak objek pertanian yang diamati. Akurat, mudah digunakan, dapat dimanfaatkan dalam sistem kontrol pertanian. Prosedur lebih sederhana dibandingkan pengukuran konvensional," terangnya. Namun, lanjutnya, kelemahan metode IBIS, masih menggunakan kamera yang jenis pencahayaanya, masih sederhana. Pengembangan IBIS sangat bermanfaat untuk pertanian yang presisi khususnya di era revolusi indutri 4,0. Selain itu, juga diperlukan sistem pengukuran respon tanaman terhadap perubahan lingkungan. Seperti perubahan suhu, kelembaban, cahaya, nutrisi, air, CO2 dan suara. "Sistem pertanian presisi, erat kaitannya dengan sistem kontrol pertanian yang akurat. Dalam bidang pra-panen, dengan diketahuinya respon tanaman terhadap perubahan lingkungan. Maka dapat mengontrol kondisi lingkungan tanaman sesuai yang diinginkan," pungkasnya. (edr/gus)
UB Tambah 2 Profesor Baru
Selasa 31-05-2022,08:23 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi
Tags :
Kategori :
Terkait
Terpopuler
Jumat 04-10-2024,21:47 WIB
Terungkap, Mahasiswa UK Petra yang Tewas Terjun Diri Pernah Tenggak 10 Butir Obat Tahun 2021
Sabtu 05-10-2024,06:25 WIB
Siap Menguncang Bioskop Indonesia, Inilah 15 Film Indonesia yang Tayang Oktober 2024
Jumat 04-10-2024,21:03 WIB
Antisipasi Banjir dan Macet, DPRD Surabaya Minta Proyek Box Culvert Babat Jerawat Selesai Tepat Waktu
Sabtu 05-10-2024,06:00 WIB
KPU Tulungagung Gelar Gathering, Ajak Media Sukseskan Pilkada 2024
Sabtu 05-10-2024,12:01 WIB
Paslon Bambang-Bayu Sapa Warga Balapan Kota Blitar, Sampaikan Program Unggulan Ini
Terkini
Sabtu 05-10-2024,19:32 WIB
Pjs Bupati Jember Bersama TNI Solidkan Kebersamaan untuk Negeri
Sabtu 05-10-2024,19:05 WIB
Blusukan ke Kota Malang, Cagub Risma Tinjau Sungai Bandulan dan Tawarkan Solusi Atasi Banjir
Sabtu 05-10-2024,18:44 WIB
Sinergitas TNI-Polri dan Muspika, Rayakan HUT TNI ke-79 dengan Silahturahmi
Sabtu 05-10-2024,18:19 WIB
Jajaran Polsek hingga Polresta Malang Kota Kirim Tumpeng ke Markas TNI
Sabtu 05-10-2024,17:22 WIB