Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya – Tanah Larangan (6)

Senin 09-05-2022,09:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Ken Arok sesungguhnya mengerti apabila Toh Kuning menyimpan kekuatan laksana dewa, karena itu pemimpin baru Tumapel ini kemudian menghimpun segenap tenaga inti dan disalurkan pada dua telapak tangannya. Ia menguatkan kedudukan dengan bertumpu pada lututnya, tiba-tiba ia mendorong kedua tangannya dengan telapak tangan mengembang. Toh Kuning menyambut angin pukulan Ken Arok. Dua tenaga inti pun berbenturan. Dua kekuatan yang sanggup meruntuhkan gunung itu menimbulkan getaran hebat pada tanah di sekitar mereka. Orang-orang mulanya menyangka telah terjadi gempa, namun sekejap kemudian mereka sadar bahwa goncangan hebat itu adalah getaran sangat kuat akibat benturan tenaga yang sulit dicari bandingannya. Ken Arok terkejut dengan kekuatan Toh Kuning meski telah mempunyai dugaan namun ia tidak mengira lawannya menyimpan kekuatan yang sulit diraba. Sebaliknya, Toh Kuning terperanjat melihat Ken Arok masih tegak berdiri setelah benturan hebat itu terjadi. Keduanya telah terdorong surut beberapa langkah. Kedua murid Begawan Bidaran itu merasakan gemetar pada masing-masing lututnya. Ken Arok menarik keris yang terselip di balik pinggangnya, demikian pula yang dilakukan Toh Kuning. Keduanya beradu pandang. Asap tipis mengepul keluar dari kedua ujung senjata mereka berdua. Tiba-tiba terdengar teriakan bernada terkejut dari orang-orang di sekitar mereka betapa senjata-senjata mereka terhisap oleh kekuatan yang tak kasat mata. Para pengikut Ken Arok dengan mulut ternganga hanya dapat melihat senjata mereka melayang mendekati Ken Arok. Sekejap kemudian senjata-senjata itu melayang di depan Ken Arok seolah membentuk barisan pertahanan. Pemandangan yang mengerikan sedang berlangsung di depan mata mereka. “Bagaimana jika Ken Arok kalah dalam pertempuran ini?” bertanya seorang pengikut Ken Arok pada orang di sebelahnya. “Kita akan bangga karena menjadi saksi pertarungan yang sebenarnya adalah wujud kekuatan para dewa,” jawab kawannya. “Lalu kita dihukum mati oleh mereka,” kata orang pertama seraya menunjuk ke barisan pasukan Toh Kuning. Kawannya itu tersenyum lalu berkata, ”Maka kita akan melawan.” Orang pertama menganggukkan kepala kemudian berucap, ”Mereka bukan prajurit biasa. Tentu akan menjadi pengalaman hebat apabila kita mendapat kesempatan itu. Kesempatan yang tak terulang lagi untuk mejajagi kemampuan pasukan khusus Selakurung yang tersohor itu.” “Diamlah!” sahut temannya sambil meletakkan jari telunjuknya di bibirnya. Sementara pasukan Toh Kuning pun diam mematung. Mereka seperti terbius dengan unjuk kekuatan dahsyat yang digelar oleh lurah mereka. Dua tangan Toh Kuning mengembang hingga terlihat seperti seekor elang yang membentangkan sayap. Pedang, keris, anak panah dan tombak pendek yang seluruhnya berjumlah lebih dari enam puluh pucuk mengitari tubuh Toh Kuning. Senjata-senjata itu melayang. Seperti ada yang menggerakkan, kemudian senjata itu berjajar teratur membentuk dinding namun tembus pandang. (bersambung)      

Tags :
Kategori :

Terkait