Bangun Jaringan Intip di Atas Kamar Tidur dan Kamar Mandi

Sabtu 29-12-2018,11:44 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Yuli Setyo Budi, Surabaya Baudi (48), bukan nama sebenarnya) membuka kos-kosan di rumahnya di kawasan Lakarsantri. Kamarnya tidak terlalu banyak. Hanya 10. Semua untuk mahasiswa putri. Baudi dan istrinya, sebut saja Riamah (45), dikenal sebagai pribadi yang ramah. Hampir semua warga kampung mengenal mereka. Sayang, nama baik tersebut tercoreng oleh ulah anak semata wayang mereka, Baulum (20, samaran). Ulum yang tercatat sebagai mahasiswa perguruan tinggi swasta ternama di Surabaya kabarnya terkena kasus narkoba. Sudah beberapa kali tertangkap, namun beberapa kali pula Ulum bisa bebas. Itu bisa terjadi karena Baudi tergolong orang berada. “Tak terhitung berapa banyak Baudi mengeluarkan uang untuk menebus anaknya. Kasus terakhir terjadi sekitar tujuh bulan silam,” kata tetangga Baudi, sebut saja Arman, driver ojek online langganan Memorandum. Menurut Arman, ada kasus memalukan yang pernah terjadi di rumah tetangganya itu. Kasus asusila. Kasus ini bahkan berdampak sangat buruk bagi usaha kos-kosan Baudi. Kos-kosan itu sempat ditinggalkan para penghuninya karena mereka takut menemui kasus yang sama.  “Waktu itu Ulum tertangkap basah sedang mengintip kamar penghuni kos-kosan dari lubang plafon,” kata Arman. Andai malam itu plafon kamar tidak jebol, mungkin perbuatan Ulum tidak pernah terbongkar. Keesokan harinya setelah diperiksa perangkat kampung, ternyata di atas palfon kamar kos-kosan itu terdapat papan-papan kayu yang saling terhubung. Di setiap kamar terdapat lubang untuk mengintip ke dalamnya. Tidak hanya itu, papan-papan kayu tadi juga terhubung ke plafon kamar mandi. Jadi, seluruh gerak-gerik di kamar tidur dan di kamar mandi tidur dapat terlihat jelas dari lubang di plafon. Ulum sempat disidang aparat kampung. Kasusnya tidak sampai ke meja polisi karena para pihak sepakat menyelesaikan masalah tersebut secara kekeluargaan. Baudi hanya dikenai sanksi denda membangunkan fasum untuk warga. Baudi memilih membangunkan musala RW. Untuk sementara Ulum sengaja dijauhkan dari rumah. Dari warga kampung. Ulum dikoskan di dekat kampusnya. Langkah ini diambil juga dengan tujuan menarik minat mahasiswa kos di tempat Baudi. Usaha itu tidak sia-sia. Lambat laun kamar-kamar kos kembali terisi, bahkan sampai pulih seperti sedia kala. Penuh. “Baudi pernah mencoba menerima penghuni kos putra. Tapi, ini hanya dilakukan selama setahun. Katanya rata-rata penghuni kos pria orangnya kumuh. Nggak ngreken kebersihan,” kata Arman. Keluarga Baudi sempat tampak tentram dan adem ayem selama Ulum tinggal di kos-kosannya sendiri dekat kampus dia. Paling tidak, di mata para tetangga. Sebab, faktanya Ulum masih bikin masalah selama jauh dari rumah. Antara lain kasus narkoba yang semakin lama semakin menjadi-jadi. Tiga bulan lalu Ulum kembali ke rumah. Kuliahnya sudah lulus. Dia menyandang gelar sarjana hukum. Keluarganya lega. Namun, para tetangga justru waswas. Mereka khawatir dan bertanya-tana: ulah apa lagi yang bakal diperbuat Ulum? (bersambung)  

Tags :
Kategori :

Terkait