Oyik Oh Oyik… Nasibmu (1)
Selasa 23-11-2021,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi
Diharap segera Game Over
Rahmi (bukan nama sebe-narnya) tidak menyangka suaminya, sebut saja Oyik, mampu bertahan hingga usia lebih dari 77 tahun.
“Padahal aku memerkirakan usianya tidak lebih dari 70. Maksimal 75. Ternyata awet. Nyawanya kayak terbuat dari baja,” ujar Rahmi kepada teman perempuan di sampingnya, sebut saja Ajeng.
Beberapa hari lalu tak sengaja mereka duduk tak jauh dari Memorandum di ruang tunggu Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya. “Jujur saja dulu aku mau dijodohkan dengannya karena berharap tidak lama lagi,” imbuh Rahmi.
“Maksudmu tidak lama lagi game over?” tanya Ajeng. Tanpa dikomando Rahmi dan Ajeng cekikikan bersama. Beberapa orang di sekitar mereka menoleh. Serempak. “Maaf,” kata Rahmi sambil berdiri dan mengatupkan kedua telapak tangan di dada.
“Terus?” tanya Ajeng kemudian setelah orang-orang kembali pada kesibukan masing-masing. Dari pembicaraan mereka, Memorandum jadi tahu bahwa kedua perempuan muda ini adalah sahabat yang sudah cukup lama tidak berjumpa.
Mereka berasal dari daerah yang sama tapi sudah lama pula tinggal di Surabaya. Mereka dulu masuk Surabaya karena bekerja setelah lulus dari SMA. Keduanya diajak teman yang sudah terlebih dulu kerja di kota ini. Kerja yang tidak jelas. Di pabrik yang tidak berpapan nama dan digaji rendah.
Seiring perjalanan waktu mereka berpisah karena mendapat pekerjaan pengganti yang lebih menjanjikan. Ajeng jadi asisten pembantu rumah tangga, sedangkan Rahmi pindah kerja sebagai penjaga toko kain/busana milik pengusaha keturunan India-Arab.
Rahmi yang berwajah ndesani terkesan polos dan jujur. Bicaranya selalu pelan dan halus. Beda dengan Ajeng yang blak-blakan dan cenderung kasar. Seperti bahasa yang banyak dipakai orang Surabaya.
Dar-der-dor! Karena kepolosannya, Rahmi mengaku disenangi majikan barunya, Oyik dan Siti. Kalau Oyik keturunan India-Arab, Siti adalah perempuan asli Nganjuk.
“Hampir tiap hari aku harus memasakkan kambing untuk juragan Oyik,” kata Rahmi. “Tiap hari makan daging kambing, ganas dong?” tanya Ajeng. “Memangnya kenapa?” tanya Rahmi sambil membuka mulut. Untung Ajeng cepat menutup bibir Rahmi, yang tampaknya hendak mengiringi pertanyaannya dengan tawa itu.
Sebagai ganti, mereka cekikikan dengan tangan menutup bibir masing-masing. Memang jadi tak terdengar suara, tapi wajah-wajah mereka jadi aneh. Tegang-tegang yak apa gitu. Mirip kepiting direbus. Semu-semu merah.
Rahmi bercerita bahwa pasangan Oyik-Siti tampaknya sangat harmonis. Hidup mereka, walau tidak dikaruniai keturunan, tampaknya selalu baik-baik saja. Tidak pernah terdengar pertengkaran di antara keduanya.
“Cuma... aku merasa ada yang aneh pada juragan Siti. Wajahnya seperti orang menderita,” kata Rahmi. (jos, bersambung)
Tags :
Kategori :