JEMBER - Sejumlah parpol di Jember mulai melakukan penjajakan guna menyamakan persepsi menjelang Pilbup 2020.
Manuver politik ini dilakukan agar mereka bisa bergabung untuk mengusung siapa yang pantas diusung menjadi bakal calon bupati dan bakal wakil bupati yang layak untuk kepemimpinan Jember lima tahun yang akan datang.
Sejumlah parpol itu bisa bertemu, yaitu PDI-Perjuangan dengan PAN, Partai Demokrat, dan Partai Golkar yang juga merupakan merupakan anggota Kaukus Perubahan
Tampak hadir dalam pertemuan di Kantor Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI-Perjuangan, Sabtu (7/9) malam itu, di samping Ketua DPC PDI) Perjuangan Jember Arif Wibowo yang didampingi pengurus, juga ketua PAN Lilik Ni’amah, H Sugito selaku ketua Partai Golkar, dan perwakilan Partai Demokrat Agusta Jaka Purwana.
Ketua PDI Perjuangan Jember Arif Wibowo yang sekaligus sebagai inisiasi pertemuan tersebut menyatakan bahwa yang dimaksud Jember harus berubah itu adalah pemerintahannya maupun masyarakat harus berubah yang lebih baik. “Yang lebih penting itu kan pemerintahannya berubah menjadi lebih baik, birokrasinya efisien efektif, sanggup melayani rakyat jember dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintahannya, sehingga masyarakatnya akan sejahtera,” jelasnya.
Karenanya urusan layanan publik, pembangunan infrastruktur, kemudian urusan peningkatan hasil-hasil pertanian, akses kepada mereka yang terpinggirkan terkait hak atas tanah, kemudian soal pendidikan yang juga dikeluhkan, seperti tenaga honorer, harus baik. Maka kalau bicara soal masalah, belanja masalahnya terlalu banyak, dan itu harus diselesaikan.
Untuk menyelesaikan itu, katanya tidak cukup political will saja saja, niat saja tidak cukup, tetapi harus ada kerja nyata yang bisa dirasakan masyarakat. “Dan kalau bilang Jember tidak ada masalah, siapa bilang. Datang aja ke desa-desa itu sampean ajak diskusi dengan masyarakat desa dan semua semua yang disampaikan itu masalah. Nyaris tidak ada atau tidak banyak menyampaikan keberhasilan yang signifikan selama hampir lima tahun di Jember ini," jelasnya.
Jadi konsekuensinya lanjut dia adalah pada pengambil kebijakan karena itulah Pilkada diharapkan ada pengambil kebijakan yang bisa menyelesaikan masalah-masalah di kabupaten Jember untuk perubahan yang lebih baik di segala sektor, namun kata pria yang akrap disapa mas Arif itu memang ada prosesnya.
“Ya kalau di PDI Perjuangan jelas, dari evaluasi kita, calon internal partai itu jauh lebih manfaat di dalam berjuang untuk kepentingan rakyat bangsa dan negara. Apakah calonnya harus dari PDI Perjuangan, loh kan calonnya kan ada dua ada. Bupati atau wakil bupati, salah satunya tentu bisa dari internal”, katanya.
Menyikapi selama empat tahun terakhir pemerintahan yang diusung PDI Perjuangan menuai kritik, secara diplomatis Arif menjawab bahwa mengawal itu ada yang dikawal, kalau mengawal tidak ada yang dikawal gimana?"Kalau yang dikawal tidak mau dikawal, gimana? Karena itu mesti kita kaji secara mendalam, cetus dia.
Ditanya soal usulan sejumlah nama, siapa yang layak menduduki bupati, baik dari PDI-Perjuangan maupun partai yang bergabung nanti Arif menyampaikan bahwa untuk menetapkan calon bupati dan wakil bupati itu butuh mekanisme, tidak boleh dia harus menyampaikannya sekarang. Ada saatnya, siapa nama-nama yang layak untuk menjadi calon bupati dan atau calon wakil bupati Jember mendatang.
Namun ia hanya menyampaikan sejumlah kriteria, ada 11 variabel yang dipakai untuk menguji itu, mulai aspek kerakyatannya, pemerintahannya, dedikasinya, pemanfaatannya untuk partai dalam hal yang prinsip. Pasalnya, PDI Perjuangan wajib menjalankan salah-satu fungsi partai politik dari 7 fungksi yang ada, salah-satunya adalah komunikasi politik. “Bahasa kerennya silaturohim”, pungkasnya.
Sementara juru bicara Partai Gabungan yang sekaligus juga sebagai ketua Fraksi Pandekar (PAN, Demokrat dan Golkar), Agusta Jaka Purwana menyampaikan bahwa segala sesuatu perubahan, dirinya akan berada di dalamnya. Karena dirinya merasakan keluhan masyarakat, dengan kondisi Jember seperti ini tidak bisa bersaing dengan daerah-daerah yang lain.
“Kita sadar bahwa kekuatan kita memang kurang signifikan. Karena kursi Demokrat hanya dua, untuk itu kita harus bergabung dengan partai politik atau teman-teman yang lain yang satu visi. Kita sebenarnya sudah mengawali dengan membentuk kaukus perubahan, ketika saat PDI Perjuangan belum belum ketemu dengan kita, ketika sekarang ketemu, ternyata visinya hampir atau bisa dikatakan sama”, katanya.
Menurut anggota DPRD asal Partai demokrat ini, ternyata tidak ada yang berbeda andara kaukus perubahan dengan PDI Perjuangan. Untuk itu pihaknya akan mengusulkan nama calon, tapi, tidak etis saya disampaikan sekarang, pasalnya masih perlu diputuskan melalui mekanisme partai masing-masing
“Kebetulan saya hari Minggu itu ada Bimtek ke Jakarta ada pembekalan di DPP, hasil-hasil ini akan saya bawa ke DPP Partai Demokrat, sehingga kemungkinan hari Senin (9/9/) akan datang dalam pertemuan Kaukus Perubahan. Saya tidak bisa ikut pertemuan, tetapi ketua kami Pak Zarkasih akan hadir untuk menjelaskan langkah-langka kongkret Demokrat,” katanya.
Diberitahukan sebelumnya bahwa sebanyak tujuh partai politik (parpol) di Kabupaten Jember Jumat sore (19/7/2019)menggelar pertemuan membahas perubahan menuju Jember lebih baik. Masing-masing Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Demokrat, Golongan Karya (Golkar), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Berkarya, dan Partai Perindo. (edy/udi).