Surabaya, Memorandum.co.id - Menghadapi era Society 5.0 diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang munpuni. Selain bekerja di industri atau melanjutkan studi di jenjang pendidikan tinggi, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) didorong mampu berwirausaha dengan keterampilan digital. Hal ini disampaikan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
"Ketrampilan digital bertujuan untuk mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik, sehingga semua hal menjadi mudah dengan menggunakan artificial intelligence dalam penerapannya. Di era ini, pekerjaan dan aktivitas manusia akan difokuskan pada Human-Centered yang berbasis pada teknologi," kata Khofifah saat membuka Pameran Expo dan Expose ICT SMK Jatim Tahun 2021 di SMK Negeri 1 Singosari Malang.
Lanjut Khofifah, prospek kerja menjadi semakin luas. Peluang bisnis di Era Society 5.0 sangat terbuka lebar. Hal tersebut bisa dimanfaatkan para lulusan SMK untuk meraih cuan.
"Siswa SMK perlu dibekali literasi digital yang baik agar bisa memanfaatkan teknologi dengan bijak," tutur dia.
Dulu tidak ada pekerjaan sebagai content creator, game developer, atau digital marketing.
"Tapi di era ini, justru pekerjaan-pekerjaan berbasis ide kreatif tersebut sangat menjanjikan. Contohnya, Bayu Skak yang notabene adalah lulusan SMKN - 4 Malang - Jawa Timur salah satu Youtuber dengan penghasilan tinggi,” ungkap Khofifah.
“Saya berharap besar, siswa SMK Jawa Timur bisa menjadi pioner-pioner wirausahawan muda di Era Society 5.0. Banyak peluang usaha baru yang menjanjikan dengan modal teknologi. Ayo manfaatkan setiap sudut ruang digital untuk meraih cuan secara halal,” tambah Khofifah.
Kabar baiknya, lanjut Khofifah, pemanfaatan teknologi semakin meningkat selama pandemi Covid-19. Itu artinya, semakin banyak masyarakat yang fasih dalam memanfaatkan teknologi. Salah satu perubahan yang sangat terlihat adalah semakin banyaknya jumlah masyarakat yang belanja secara online.
Khofifah menyebut siswa SMK perlu dipersiapkan untuk menghadapi era Society 5.0 dengan mengakselerasi literasi digital yang meliputi digital ethics, digital culture, digital skills, dan digital safety.
"Teknologi yang pernah saya lihat di beberapa negara untuk memberikan inovasi dan kemudahan akses. Sekarang kita menyaksikan hal itu diinisiasi pelajar SMK Jatim," ujarnya.
Data yang menyebut bahwa lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mendominasi jumlah pengangguran di Indonesia termasuk Jawa Timur akibat pemaknaan atau definisi TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka).
Menurut Khofifah, kedepan rumusan TPT perlu dicermati ulang karena kenyataanya lulusan SMK tersebut tidak menganggur namun lebih memilih bekerja secara profesional - personal dan mendapat income. Hal ini menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Provinsi Jatim bersama bidang pendidikan khususnya Dudika. Mengingat, Lulusan SMK dipersiapkan untuk mengisi lapangan kerja namun karena definisi TPT mengasumsikan bejerja dalam sebuah institusi maka data evaluasi TPT mendominasi angka pengangguran.
“Status lulusan SMK yang memilih bekerja secara profesional - personal belum bisa dimasukkan kategori bekerja. Inilah yang kemudian menjadi penyebab mengapa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), lulusan SMK disebut tertinggi. Cukup banyak pelajar SMK lebih memilih sebagai pekerja profesional- personal ketimbang kerja di institusi atau Industri," tuturnya.
Terkait hal ini Gubernur Khofifah sudah berkomunikasi dengan BPS supaya ada proses kelanjutan di Kemendikbud, utamanya Dirjen Vokasi dan Direktur SMK.
"Kita cocokkan definisi TPT untuk mencari format BPS agar bisa mengakomodir bahwasannya alumni SMK yang memilih kerja profesional - personal dan mendapatkan income sehingga tidak masuk kategori TPT," tandasnya. (day)