Surabaya, memorandum.co.id - Menurut keterangan warga Perumahan Wisma Tirta Agung Asri, Isa Ansori dan istri, Djasmi, merupakan keluarga kuli bangunan. Jika dapat orderan, Djasmi selalu membantu menyiapkan bahan bangunan sedangkan Isa Ansori yang mengerjakannya.
Septia Pratama (21), anak Djasmi, juga pekerja kuli bangunan. Mereka tinggal di tanah milik bosnya.
"Mereka warga pendatang dan sudah tiga tahun tinggal di perumahan ini," ungkap Andre, koordinator warga Wisma Tirta Agung Asri.
Sepengetahuan Andre, Isa Ansori dan Djasmi tinggal di rumah yang ditempati sekarang, sedangkan anaknya tinggal di belakang rumah orangtuanya. "Djasmi dengan Isa Ansori, suami sambungan (siri). Suami terdahulu sudah cerai mati," ungkap Andre saat ditemui di lokasi.
Selama tinggal di perumahan, keluarga Djasmi jarang bergaul. Namun, Isa Ansori sering menyapa warga bila ketemu saat salat di masjid perumahan. Bila ada kegiatan kerja bakti kampung selalu ikut dan tidak pernah absen.
"Kesehariannya pasutri tersebut pendiam dan sopan kepada warga," tutur Andre.
Makanya, ketika diberitahu jika terjadi pembunuhan sontak membuat warga kaget.
"Terakhir datang ke rumah saya untuk pamit akan mudik ke Nganjuk sebelum hari raya lalu," pungkas Andre.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, gegara istri sering membuat konten di media sosial, membuat Isa Ansori (55), warga Nganjuk, cemburu buta. Kemudian pria pekerja bangunan itu menganiaya istri sirinya, Djasmi (46), asal Dukuh Salak, Kelurahan Senepo, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo.
Penganiayaan di Wisma Tirta Agung Asri 1 Kavling 4 nomor 298, Gunung Anyar, itu membuatnya tewas dengan luka parah di kening, mata kanan, dan tangan kanan akibat diduga dipukul menggunakan linggis kecil (kubut).
Setelah puas menghabisi istri siri, Isa Ansori mengunci pintu rumah dan melarikan diri ke Nganjuk. Sebelum akhirnya, Isa Ansori menyerahkan diri ke Polsek Bagor, Polres Nganjuk pada Jumat (15/10/2021) sekitar pukul 11.00. (rio/fer)
Tags :
Kategori :