Iduladha Tak Ditiadakan

Sabtu 17-07-2021,11:11 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Tiga hari lagi, tepatnya Selasa (20/7) atau 10 Zulhijah 1442 H, umat Islam seluruh dunia memperingati Iduladha. Umat diharapkan meneladani sikap Nabi Ibrahim AS yang diminta Allah SWT menyembelih sang putra tercinta, yang masih belia. Ismail. Ismail pun akhirnya diangkat juga sebagai nabi dan rasul. Tegasnya, peringatan Iduladha tak hanya ritual penyembelihan hewan kurban belaka. Tapi, juga memberi pelajaran penting tentang arti kesabaran yang dicontohkan oleh sikap Nabi Ibrahim AS beserta istri tercinta, Siti Hajar, maupun Nabi Ismail AS, atas perintah sang pencipta. Peringatan hari raya ini juga disebut hari raya haji. Aktivitasnya ditandai dengan wukuf atau berdiam diri di Padang Arafah tepat pada 9 Zulhijah. Aktivitas lain yang menyertai hari raya haji ini seperti tawaf (berjalan mengelilingi Kabah), sai (berjalan atau lari-lari kecil antara Bukit Shofa ke Bukit Marwa), melempar batu (jumrah) dan tahalul atau bercukur. Bagi seorang muslim, menjalankan ibadah haji ini sangat penting. Penting untuk mengukur ketakwaan atau keimanan sekaligus keislaman. Sebab, ritual yang dilakukan sepanjang pelaksanaan haji mengandung nilai-nilai ketakwaan dan keimanan seseorang muslim. Sehingga, tak kaget jika rakyat Indonesia (negara kita) yang mayoritas penduduknya beragama Islam, selalu ingin melaksanakan ibadah ini. Bahkan! selalu berbondong-bondong dalam jumlah yang besar mencapai kisaran ratusan ribu orang. Sayangnya, dengan berbagai alasan, sejak dua tahun terakhir umat muslim Indonesia tak dapat menunaikan ibadah haji. Alasan demi alasan pelarangan menyertainya. Ada yang mengatakan akibat merajalelanya virus corona (Covid-19). Ada pula yang menegaskan umat muslim Indonesia tak dapat berhaji karena pemerintah Arab Saudi menyetop kuota kedatangan untuk orang Indonesia. Alhasil, beberapa alasan itu oleh banyak kalangan umat Islam dianggap tidak masuk akal. Faktanya jutaan orang umat Islam Indonesia setiap tahun telah membayar agar dapat menunaikan ibadah haji, ibadah yang paling istimewa bagi umat muslim. Lantas apa masalahnya kok umat Islam Indonesia dua tahun terakhir ini tidak dapat menunaikan ibadah haji untuk memenuhi kebutuhan keimanannya? Alasan kuat apa yang mampu meyakinkan umat muslim Indonesia dapat menerima “pencekalan” haji? Tentu kini jawaban itu tak akan mungkin diperoleh. Suka tak suka, senang tak senang, umat Islam Indonesia dipaksa untuk sabar dan ikhlas menjaga ketakwaan dan keimanan seperti dicontohkan Nabi Ibrahim AS yang ujian kesabaran dan keihlasannya tak dapat dibandingkan dengan umat Islam saat ini.(*)  

Tags :
Kategori :

Terkait